Sukses

Perang Brutal Polisi Versus Geng Gegerkan Brasil

Polisi jadi target pembunuhan. Bagian dari pertempuran aparat penegak hukum dengan geng kriminal terbesar di Brasil.

Liputan6.com, Sao Paulo: Hari itu, Marta Umbelina mengemudikan kendaraannya menuju rumah, didampingi putrinya yang baru berusia 11 tahun.  Baru saja melangkah ke luar mobil, ia tak menyangka maut menantinya. Sepuluh peluru menembus punggungnya.

Umbelina adalah pegawai di Komando Polisi Militer Utara Sao Paulo, Brasil. Ia hanya satu dari hampir 100 polisi yang  jadi target pembunuhan tahun ini. Kebanyakan dihabisi saat tidak sedang bertugas, dalam kondisi tak siaga penuh.

Seperti dilansir CNN, Selasa (20/11/2012), pembunuhan polisi adalah bagian dari pertempuran antara aparat penegak hukum dan geng kriminal terbesar, First Command of the Capital atau di singkat PCC dalam Bahasa Portugis.

"Mengapa harus dia yang jadi korban. Tragedi ini membuat kami bersedih," kata Simone Mello, petugas kepolisian yang bekerja satu bagian dengan korban.

Sebagai upaya untuk mengendalikan PCC, Kepolisian Sao Paulo melincurkan Operation Saturation di akhir Oktober lalu. Pemerintah mengirimkan setidaknya 500 pasukan polisi ke Paraisopolis, atau Kota Surga, perkampungan kumuh terbesar di ibukota.

Dari sana lusinan terduga pemimpin geng ditangkap, senjata dan obat-obatan terlarang disita. Polisi bahkan menemukan sebuah daftar nama dan alamat 40 anggota polisi militer. Para calon korban.

Balas Dendam

Namun, polisi bukan satu-satunya korban dari eskalasi pertempuran ini.  Jumlah kasus pembunuhan di ibukota meningkat hampir 1.000 tahun ini, paling banyak terkonsentrasi di favela atau pemukiman kumuh. Sementara sejak Januari hingga Oktober 2011 ada 869 pembunuhan, itu menurut data Pemerintah Sao Paulo.

Sejumlah polisi pun diinvestigasi dalam kasus pembunuhan gaya eksekusi.

"Orang-orang malang terjebak dalam baku tembak," kata Camila Nunes Dias, dosen Pusat Studi Kekerasan, Sao Paulo University. "Mereka harus menanggung konsekuensinya. Kami tahu persis banyak orang tak bersalah yang terbunuh.

Nunes Dias yakin, spiral kekerasan berawal dari Mei lalu saat pemerintah Sao Paulo mulai agresif melawan PCC dan geng obat-obatan terlarang.

PCC lahir dan tumbuh dari penjara Sao Paulo. Mereka mengendalikan peredaran narkoba dari dalam lapas.

Kementerian Kehakiman telah menawarkan pengiriman pasukan tentara untuk membantu mengatasi kerusuhan, seperti yang pernah dilakukan di lokasi kumuh Rio de Janeiro

Namun pemerintah Sao Paulo menolak tawaran itu. Sebaliknya mereka sepakat memindahkan pimpinan geng ke  penjara federal agar lebih aman dan tugas intelijen makin efisien.

Sementara itu, Operasi Saturasi telah menyebar ke daerah kumuh lainnya. Polisi melintasi bukit-bukit curam dan wilayah yang luas dengan  kuda dan sepeda motor. Untuk  melakukan penggerebekan.

Menanggapi itu, warga daerah kumuh Sao Paulo terbagi dua, ada yang mengaku lega. Lainnya justru cemas bukan main. "Saya khawatir akan terjadi baku tembak atau konfrontasi," kata seorang perempuan yang menggendong bayinya.

Sementara, juru bicara asosiasi warga  Paraisopolis, Joildo Santos mengatakan, solusi dari permasalahan bukan mengerahkan polisi. "Tapi memberikan alternatif kesempatan kerja pada generasi muda di sini." (EIN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini