Sukses

Dua Kampung Bentrok di Lampung Tengah Sepakat Berdamai

Bupati Lampung Tengah, Ahmad Pairin mengatakan Kampung Buyut Udik dan Kampung Kusuma Dadi, Kecamatan Bekri, yang terlibat bentrok kemarin menyatakan sepakat berdamai.

Liputan6.com, Bandarlampung: Bupati Lampung Tengah, Ahmad Pairin mengatakan Kampung Buyut Udik dan Kampung Kusuma Dadi, Kecamatan Bekri, yang terlibat bentrok menyatakan sepakat berdamai.

"Perdamaian ini diharapkan dapat terlaksana hingga ke masyarakat lapisan bawah. Jangan berhenti pada tokoh-tokoh masyarakatnya saja," ujar Pairin usai mediasi perdamaian kedua kampung bertikai di Lampung Tengah, Jumat (8/11/2012).

Pairin menjelaskan awal mula terjadinya peristiwa kerusuhan Lampung Tengah bermula pada 19 Oktober 2012 lalu. "Pada saat itu terjadi kesalahpahaman yang mengakibatkan Chairil meninggal dunia. Warga kemudian membawa jenazah korban ke Rumah Sakit Demang Sepulau Raya," ujar dia.

Setelah lima hari, jenazah korban dikebumikan pihak rumah sakit. Namun pada 7 Nopember 2012, warga Buyut baru tahu kalau korban merupakan warga Kampung Buyut yang menghilang. Atas dasar itu, jelas Pairin, warga Buyut meminta masyarakat Kusuma Dadi untuk mengantarkan jenazah korban ke Desa Buyut guna dikebumikan. Permintaan itu kemudian ditindaklanjuti dengan mengautopsi korban.

"Ini dilakukan guna meyakini apakah korban benar yang diklaim warga Buyut merupakan keluarga mereka atau bukan. Setelah dilakukan autopsi diperoleh kepastian bahwa DNA, gigi korban, dan alat bukti lain meyakini kalau korban adalah warga Kampung Buyut," katanya.

Ia juga mengatakan turut menyaksikan pemakaman almarhum di pemakaman Buyut. Tetapi pada 8 November 2012 sore, sebagian kelompok anak muda emosi dan langsung menyerang ke Kampung Kusuma Dadi sehingga menyebabkan belasan rumah terbakar.

"Untungnya aparat keamanan TNI-Polri telah siap siaga mengamankan warga setempat sehingga peristiwa tersebut tidak mengakibatkan timbulnya korban jiwa pada kedua belah pihak," kata sang Bupati.

Pairin yang didampingi Wakil Bupati Lampung Tengah, Mustofa berharap penandatanganan perdamaian yang dilakukan dua desa ini akan mengakar karena masing-masing pihak mengakui telah melakukan kesalahan.

"Kedua belah pihak bersepakat "seangkenan" (mengaku saudara) yang akan diwujudkan dalam pesta adat yang waktunya ditentukan kemudian hari," ujarnya. (ANT/ALI)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini