Sukses

Wiryono: Dokumen Perjanjian RI-GAM Siap Ditandatangani

Perundingan damai di Swiss tak berpengaruh dengan pengepungan aparat TNI terhadap GAM di Desa Cot Trieng, Aceh Utara. Indonesia menginginkan penandatanganan dokumen perjanjian pada 23 November.

Liputan6.com, Jakarta: Perundingan damai pemerintah Indonesia dengan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka di Jenewa, Swiss tak berpengaruh dengan pengepungan aparat TNI terhadap kelompok separatis di Desa Cot Trieng, Aceh Utara. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono telah menyerahkan dokumen perjanjian untuk menghentikan permusuhan kepada GAM, melalui Henry Dunant Center. "Dokumen sudah siap ditandatangani. Pemerintah menganggap pengepungan tidak bersifat negatif terhadap perundingan," ujar negosiator untuk Kasus Aceh Wiryono, saat berbincang dengan Ira Koesno, Rabu (13/11) siang.

Menurut Wiryono, meski situasi di Cot Trieng tidak begitu menyenangkan, namum pemerintah Indonesia dengan aparat militernya berkewajiban melaksanakan ketertiban dan keamanan di sana. Tindakan TNI, kata dia, akan disesuaikan dengan situasi di lapangan [baca: TNI Siap Menggempur GAM]. "Ini suatu keadaan yang tak mudah dijelaskan," kata Wiryono.

Wiryono menuturkan, prinsip perundingan tak bisa bertepuk sebelah tangan. Jika GAM tak bersedia atau ingin menunda penandatanganan perjanjian itu, Indonesia ingin mengetahui penyebabnya. Sebab, kendati GAM bisa mengkonsolidasi dengan penguluran waktu, pemerintah tetap bertekad menyelesaikan masalah Aceh secara damai. Menurut Wiryono, hingga kini GAM ingin menandatangani dokumen setelah Idul Fitri, sedangkan Indonesia ingin pada 17 Ramadan atau bertepatan dengan Nuzulul Quran pada 23 November 2002.

Dia juga menampik kemungkinan keputusan pimpinan GAM di Swedia untuk menghentikan pertempuran tidak dipatuhi di Aceh. "Kita tidak perlu berpikir negatif. Kalau curiga tidak ada habisnya," kata Wiryono. Dia merujuk pada situasi serupa yang dihadapi di Srilangka dan Irlandia dalam menghadapi kelompok separatis.

Di tempat terpisah, Panglima GAM Muzakir Manaf diduga juga ikut terkepung personel TNI di Desa Cot Trieng. Hingga hari ini, pengepungan telah memasuki hari ke-14. Pemblokiran itu dilakukan menyusul penolakan sepihak GAM menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah.

Muzakir Manaf adalah panglima perang GAM pengganti Tengku Abdullah Syafe`i yang tewas di tangan TNI. Selain dia, sejumlah tokoh GAM seperti Juru Bicara Militer GAM Sofyan Daud berada di Cot Trieng. Tapi, sumber SCTV menyebutkan, Sofyan telah meloloskan diri pada hari kelima. Dia diduga kabur bersama sejumlah anggota GAM lewat sungai. Kala itu, kawasan Cot Trieng diguyur hujan.

Kini, Sofyan berada di Kecamatan Dewantara, lima kilometer dari lokasi pengepungan. Sebaliknya, menurut Juru Bicara GAM Wilayah Passe Tengku Jamaika, Sofyan bersama dua ratusan anggota GAM masih berada di kawasan rawa-rawa di Cot Trieng. Sedangkan Muzakir Manaf telah berada di pedalaman Aceh Utara. Entah mana yang benar.(COK/Muhammad Nasier)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.