Sukses

Ratusan Jemaah Haji Indonesia Sakit di Mina

Sebanyak 221 jemaah haji asal Indonesia, Jumat (26/10) malam waktu setempat dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Mina.

Liputan6.com, Mekkah: Sebanyak 221 jemaah haji asal Indonesia, Jumat (26/10) malam waktu setempat, dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Mina. Di mana 15 jemaah haji di antaranya dirujuk ke RS Mina Alwadi karena perlu penanganan lebih intensif.

"Umumnya pasien berusia lanjut kelelahan dan menderita dehidrasi," kata dokter Septa Ekanita Hakim di Mina, Sabtu (27/10) pagi waktu setempat ketika ditanya penyebab utama para pasien yang harus dirawat. Sementara jemaah haji Indonesia yang meninggal di Arab Saudi hingga Sabtu pagi berjumlah 120 orang. Umumnya mereka berusia lanjut.

Kini seluruh 211 ribu jemaah haji Indonesia berada di Mina dan Mekkah usai mengikuti prosesi wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah, Kamis malam silam. Sebagian jemaah haji Indonesia juga melakukan lempar jumrah Aqobah Jumat pagi hingga Sabtu pagi.

Sedangkan sebagian lain memilih mendahulukan tawaf dan sa'i di Masjidil Haram Jumat pagi dan melempar jumrah Jumat malam dan sekaligus mabit di Mina.

Suasana Jamarat (tempat melempar jumrah) Ula, Wusto, dan Aqobah pada Jumat malam hingga Sabtu pagi tampak terang benderang sepanjang jalan yang dipenuhi lautan manusia yang datang dengan berkelompok maupun sendiri-sendiri melakukan pelemparan.

Lautan putih juga menjadi pemandangan umum di sekitar Mina pada Jumat malam saat jemaah yang tua-muda mendirikan tenda dan tidur di sepanjang jalan menuju Mina di Mekkah, seperti terlihat di sepanjang Jalan King Fahd. Bahkan sebagian mendirikan tanda di kaki-kaki bukit bebatuan sepanjang jalan dari dan menuju Mina.

Suasana jalan di Mina, kini macet layaknya musim mudik di Indonesia. Lalu lintas dikosongkan sekitar lima kilometer dari dan ke tempat melempar simbol 'setan' itu. Hal ini lantaran jalan dipenuhi jemaah yang berkemah dan tidur beratapkan langit. Di lajur tengah jalan beraspal hotmix itu disiapkan sekitar dua meter jalur bagi pejalan kaki yang ingin pergi melempar jumrah.

Jalur melempar jumrah telah dipisahkan sejak kira-kira satu kilometer antara lantai dasar dan lantai dua maupun menggunakan lift, serta jalur melingkar ke lantai tiga untuk menghindari terjadinya penumpukan jemaah. Sedangkan jalur masuk dan jalur keluar juga dipisahkan untuk menghindari terjadinya tabrakan rombongan manusia.

Sementara para petugas berpakaian seragam melakukan 'pagar betis' di setiap jarak 50 meter dan mendatangi jemaah yang berhenti di jalur tersebut untuk memintanya bergerak agar tak terjadi penumpukan manusia.

Kemudian setiap lima menit terdengar suara helikoter dengan lampu berkelap-kelip berputar-putar mengitari tempat-tempat konsentrasi manusia untuk mengawasi keadaan sekitar.(ANT/AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini