Sukses

Dalam Debat Terakhir, Obama Lebih Agresif

Dipandu jurnalis senior CBS News Bob Schieffer, pada debat putaran ketiga, Obama tampil lebih agresif dengan berbagai "serangan" yang dilontarkan kepada Romney.

Liputan6.com, Washington DC: Debat terakhir atau ketiga yang digelar di Boca Raton, Florida, Senin (22/10), waktu setempat menjadi ajang terakhir bagi kandidat petahana Barack Obama dan  Mitt Romney untuk menunjukkan kecakapan sebagai pemimpin.

Dipandu jurnalis senior CBS News Bob Schieffer, pada debat kali ini, Obama tampil lebih agresif dengan berbagai "serangan" yang dilontarkan kepada Romney.

Presiden AS ke-44 ini menyebut Romney tidak tahu apa-apa soal kebijakan luar negeri. Sebab, menurut Obama, Romney belum pernah menjadi seseorang yang menentukan kebijakan politik AS terhadap dunia internasional. [baca: Obama: Soal Kebijakan Luar Negeri, Romney Tidak Tahu Apa-apa].

"Anda belum pernah mengalami di posisi yang mengatur kebijakan luar negeri. Hal yang Anda ajukan sebagai upaya pemerintah terhadap dunia internasional selalu salah," kata Obama kepada Romney.

Obama juga mengkritik keras Romney atas pernyataan bahwa Rusia adalah musuh terbesar AS. Bagi Obama, apa yang dikatakan Romney itu mengacu pada AS di dekade 1980-an. "Perang Dingin dengan Rusia sudah selesai sejak 20 tahun yang lalu," kata Obama.

Menanggapi pernyataan Romney jika militer AS lemah, Obama pun membantahnya. "Iya, Pak Gubernur (Romney), kami memang punya sedikit kuda. Tapi, tahukah Anda bahwa kini kami memiliki pesawat-pesawat dan kapal induk yang canggih?" tutur Obama.

Sementara, Romney tampil lebih defensif ketimbang Obama. Alih-alih terus menyerang, pada akhirnya Romney mendukung sebagian besar dari langkah-langkah pemerintahan Obama, seperti perang sipil di Suriah dan mencegah Iran memproduksi senjata nuklirnya.


Romney pun tidak mengkritik Obama soal tewasnya duta besar AS di Benghazi, Libia. Kendati sering menekankan bahwa AS harus berperan penting terhadap dunia, dalam debat ini, Romney seringkali menghubungkan isu luar negeri dengan kepentingan dalam negeri, seperti mengurangi defisit keuangan negara dan menciptakan lapangan kerja.

Tapi, Romney menyatakan jika keadaan di Timur Tengah masih dalam kondisi yang buruk. Dia juga berpendapat, pembunuhan sejumlah pemimpin Al-Qaeda, termasuk Osama bin Laden, tidak cukup untuk menstabilkan kawasan Timur Tengah. Bagi, Romney perlu adanya kekuatan militer AS di Timur Tengah untuk memastikan keamanan di sana.

Romney menyatakan dirinya menentang penarikan militer AS dari Irak dan Afghanistan. Padahal, di mata Obama, hal tersebut merupakan kebijakan luar negeri yang salah.

Ia juga mengklarifikasi kunjungannya ke Israel yang sempat dikritik Obama. "Saya ke Israel untuk mengetahui bagaimana pandangan mereka terhadap AS, bukan untuk mencari dana," kata Romney kepada Obama, seperti dilansir The Ticket, Selasa (23/10). (YUS) 
 
 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini