Sukses

Parlemen Turki Rencanakan Operasi Militer

Parlemen Turki mengadakan sidang khusus untuk membahas usulan pemerintah untuk melancarkan operasi militer lintas batas ke Suriah.

Liputan6.com, Istanbul: Parlemen Turki mengadakan sidang khusus untuk membahas usulan pemerintah untuk melancarkan operasi militer lintas batas ke Suriah. Sidang khusus itu, Kamis (4/10), diadakan beberapa jam setelah Turki kembali melancarkan serangan artileri terhadap pos militer Suriah sebagai balasan atas bom mortir yang menewaskan lima warga negara Turki, tiga di antaranya anak-anak.

Para pejabat Turki mengatakan serangan artileri dimulai Kamis pagi dengan sasaran distrik Tall al-Abyad, sekitar 10 kilometer dari garis perbatasan Turki dan Suriah. Mereka mengatakan serangan dilakukan sebagai balasan atas tindakan Suriah. Wilayah Turki diserang beberapa kali sejak pergolakan menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad dimulai, tetapi insiden hari Rabu tercatat paling serius.

"Angkatan bersenjata kita di wilayah berbatasan dengan cepat menanggapi serangan yang buruk ini sesuai dengan aturan pelibatan," demikian pernyatataan kantor Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan. Menurut aktivis di Suriah, serangan menewaskan sejumlah tentara pemerintah.

"Turki tidak akan pernah membiarkan provokasi-provokasi seperti itu oleh rezim Suriah terhadap keamanan nasional," tambah pernyataan resmi Turki. Hal senada juga disampaikan oleh seorang penasihat Perdana Menteri Turki yang mengatakan negara itu tidak tertarik berperang melawan Suriah tetapi akan melakukan balasan bila diperlukan.

Sementara itu, pihak Suriah mengatakan sedang menyelidiki asal muasal penembakan yang mengenai daerah Akcakale di wilayah Turki. Serangan diduga dilakukan oleh pasukan pemerintah Suriah dan menewaskan lima warga Turki.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah mengecam Suriah atas tindakannya menyerang Turki dengan mortir dan menyebut aksi itu sebagai pelanggaran hukum internasional. NATO menyerukan kepada Suriah untuk menghentikan aksinya terhadap Turki, salah satu negara anggota NATO.(BBC/ADO)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini