Sukses

Uni Eropa Kecewa dengan Indonesia

"Saya terkejut. Saya sampai meminta penjelasan dua kali dan para duta besar itu menegaskan sikapnya lagi," ujar Ambong, ketika menceritakan pertemuannya dengan 14 dubes negara Uni Eropa.

Liputan6.com, Jakarta: Empat belas duta besar negara yang tergabung dalam Uni Eropa kecewa dengan pemerintah Indonesia menyangkut kasus peledakan di Kuta, Bali. Kekecewaan tersebut disampaikan kepada Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong dalam sebuah pertemuan di kediaman Duta Besar Denmark di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (24/10). Ini diungkapkan Ambong dalam jumpa pers di Hotel Crown Plaza, Jaksel, beberapa saat setelah pertemuan tersebut. Ke-14 dubes itu, di antaranya dari Inggris, Denmark, Jerman, Prancis, Italia, Swedia, Spanyol, Belanda, Finlandia, Yunani, Portugal, dan Austria[baca: Ledakan Dahsyat Mengguncang Bali dan Manado].

Ambong melanjutkan, menurut ke-14 dubes itu, pemerintah Indonesia tak serius dalam menyikapi Tragedi Bali. Karena itu, mereka mengancam akan melarang warganya datang ke Indonesia. Selain keluhan dan ancaman, kata Ambong, ke-14 dubes itu juga melontarkan kekhawatiran. Bahkan, Dubes Belanda mengeluhkan tidak nampaknya rasa berduka dari masyarakat Indonesia atas Tragedi Bali. "Dia juga menyinggung pesta besar pernikahan adik Presiden Megawati, Guruh Sukarnoputra," kata Ambong.

"Saya terkejut. Saya sampai meminta penjelasan dua kali dan para duta besar itu menegaskan sikapnya lagi," ujar Ambong. Saat itu, Ambong mengaku, dirinya merasa ditekan. Ketua komisi yang membawahkan bidang luar negeri dan pertahanan tersebut menilai kekhawatiran itu sebagai campur tangan yang berlebihan. Terutama, menyangkut sikap pemerintah yang belum menangkap tokoh-tokoh Islam garis keras yang mereka tuding terkait jaringan terorisme, semisal Panglima Laskar Jihad Ja`far Umar Thalib.

Ambong mengatakan, hukum di Indonesia tak memungkinkan penangkapan seseorang tanpa bukti yang kuat. Padahal, mereka--Uni Eropa--selalu menekankan hak asasi manusia. "Mereka jelas mendua dalam masalah ini," kata Ibrahim Ambong.(SID/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.