Sukses

Pengobatan di Wilayah Perbatasan Indonesia Timor Leste

Sejumlah tim medis dari Yayasan Feliks Maria Go melakukan pengobatan gratis di Desa Naekake, Kecamatan Mutis yang berbatasan langsung dengan Distrik Oecussi Timor Leste.

Citizen6, Timor Tengah Utara: Sejumlah tim medis dari Yayasan Feliks Maria Go yang terdiri dari tujuh dokter serta tenaga medis lainnya seperti apoteker dan perawat melakukan pengobatan gratis di Desa Naekake, Kecamatan Mutis yang berbatasan langsung dengan distrik Oecussi Timor Leste. Dalam kegiatan pengobatan gratis di wilayah Desa Naekake ditemukan sejumlah penyakit yang cukup serius yang dialami oleh warga Naekake, seperti batuk, pilek, malaria, katarak, penyakit mata serta penyakit kulit yang cukup parah seperti kudis dan gatal-gatal. Semua penyakit kulit ini disinyalir disebabkan oleh kondisi air yang kurang higienis. Desa Naekake yang masuk dalam wilayah Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) ini berbatasan langsung dengan distrik Oecussi Timor Leste yang hanya dibatasi dengan sungai Aplal serta bukit Nefobakel.

Desa yang terletak di bawah kaki Gunung Mutis dan memiliki delapan sumber mata air yang besar ini masih dikatakan terpencil dan jauh dari kota mengingat akses transportasi kesana berupa jalan raya yang masih rusak dan berbatu. Ironisnya lagi, Desa Naekake yang terkenal akan sumber airnya, dan sempat dijadikan iklan air oleh Aqua ini masih mengalami kendala air bersih. Delapan sumber mata air yang di miliki Desa Naekeke terdiri dari dari lima sumber mata air bagi warga di dua kabupaten
tetangga yakni Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Kupang. Sedangkan tiga sumber mata air lainnya di peruntukkan bagi warga kabupaten TTU, yakni sumber mata air Keba, Oemamoit dan Naanin.

Camat Mutis, Feliks Banase dalam penuturannya kepada penulis mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami oleh warganya,“ Masalah kesehatan diwilayah perbatasan ini paling besar adalah ketersediaan air bersih yang belum memadai. Masyarakat Desa Naekake B dan Noelelo belum menikmati air bersih karena pada 2009 lalu sudah ada program dari departemen sosial untuk komunitas adat dan daerah terpencil dengan membangun sarana air bersih di sumber mata air Keba,” ungkap camat yang pernah bekerja di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten TTU selama lima tahun. Ia menambahkan bahwa program tersebut tidak berhasil dan mubazir. Karena setelah selesai di bangun hanya berjalan beberapa bulan dan akhirnya macet.

Sumber mata air keba yang didistribusikan ke warga Naekake B dan Desa Noelelo memiliki debit air yang besar yakni 300 liter/detik yang dibangun pemerintah pusat melalui departemen sosial pada 2009 dengan menelan biaya sekitar Rp 1, 3 miliar. Pembangunan sarana air di sumber mata air Keba ini sayangnya tanpa didukung pipa penyangga, reservoir dan brongkap dan hanya menggunakan pipa berukuran satu setengah dim. Padahal secara teknis perlu penggunaan pipa yang berukuran 4 dim karena debit air besar, reservoir, pipa penyangga dan brongkap.

Sementara itu, sumber matai air Oemamoit yang didistribusikan ke Desa Naekake A memiliki debit 50 liter/ detik. Namun dari pengakuan warga setempat bahwa kondisi air yang di distribusikan ke Desa terkadang kotor tetapi mau tidak mau warga tetap mengkonsumsi air tersebut untuk menyambung hidup mereka.

Dalam pengobatan oleh Yayasan Felix Maria Go ini ditemukan pula berbagai jenis penyakit kulit yang diderita oleh anak-anak dan para orang tua. Selain penyakit batuk, pilek, malaria, penyakit mata dan maag kronis, indikasi dari penyakit kulit berupa gatal-gatal, berair hingga luka dan menyebar disekujur tubuh juga dirasakan oleh warga Desa Naekeke.

Agustinus Benu, salah seorang kepala keluarga yang mengantarkan anaknya yang menderita penyakit kulit kronis mengatakan," Anak saya menderita penyakit kulit ini sudah seminggu yang lalu, dan penyakit ini menyebar yang ditandai dengan bercak merah, gatal dan bernanah. Saya yakin akibat dari kondisi air yang kurang sehat. Oleh karena itu, saya berharap perlu perhatian dari pemerintah terhadap masalah air bersih di wilayah Desa Naekake yang berbatasan dengan Timor Leste,” ungkap ayah dari Raimundus Benu ini.

Wilayah kecamatan Mutis kabupaten TTU memiliki empat desa yang secara geografis berbatasan langsung dengan distrik Oecussi Timor Leste (Wilayah Enclave), yakni Desa Tasinifu, Desa Naekake A dan B serta Desa Noelelo dengan jumlah penduduk 1.738 KK dari 7.627 jiwa dengan wilayah topografi yang berbukit-bukit. Sementara itu Desa Naekake sendiri memiliki penduduk sebanyak 425 KK dari 1665 jiwa. Kecamatan Mutis yang memiliki luas wilayah 70,5 km2 memiliki 10 SD, 3 SMP dan 1 SMA serta fasilitas kesehatan seperti sebuah Puskesmas dan empat Puskesmas Pembantu (Pustu). Wilayah perbatasan dijaga oleh tentara dari kesatuan Yonif 321 pada dua pos penjagaan yakni Pos Oelbinose dan Pos penjagaan Aplal.

Setiap Kamis yang merupakan hari pasar batas, warga dari Oecussi selalu datang ke Naekake untuk mengikuti pasar batas dengan melapor diri pada pos jaga atau kantor camat. Lalu setelah pasar bubar warga Oecussi kembali ke Oecussi. Disamping itu warga Desa Naekake memiliki hubungan kekeluargaan serta kekerabatan yang cukup tinggi dengan warga Oecussi.

Wilayah Desa Naekake ini masuk dalam wilayah Paroki St. Bernardus Naekake, yang merupkan pemekaran dari Paroki Eban. Dalam pengobatan gratis oleh Yayasan Felix Maria Go ini selain dihadiri oleh putra-putri alm bapak Felix Go yang berdomisili di Kefamenanu. Selain itu acara ini juga dihadiri oleh tiga orang Pastor yakni Rm. Aloisius Kosat Pr selaku pastor Kepala Dekenat Timor Tengah Utara (TTU),  Rm. Gerardus Bani, pastor paroki St. Bernardus Naekake yang sebagai dewan pengawas Yayasan Felix Maria Go dan P. Karni Doman SVD, pastor pembantu paroki Eban. (Fransiskus Pongky Seran).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini