Sukses

Barat Tidak Peduli Nasib Rohingya

Negara-negara Barat tidak tertarik untuk campur tangan dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Rohingya di Myanmar. Mereka lebih tertarik membantu Myanmar karena motif ekonomi.

Liputan6.com, Teheran: Negara-negara Barat tidak tertarik untuk campur tangan dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Rohingya di Myanmar. Mmereka lebih tertarik membantu Myanmar karena motif ekonomi.

Demikian yang dinyatakan seorang analis politik asal Iran Ishtiaq Ahmad, seperti dilansir Press TV, Ahad (12/8). Komentar tersebut diutarakan untuk menyikapi nasib Muslim Rohingya di wilayah Rakhine, Myanmar Utara.

Sejak Juni 2011 lalu,  sedikitnya 650 warga muslim Rohingya tewas, sekitar 1.200 lainnya hilang, dan 90 ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat bentrokan antaretnis di Myanmar.

Selain itu, pemerintah setempat dan umat Budha sebagai mayoritas penduduk Myanmar tidak mengakui komunitas Muslim Rohingya sebagai penduduk Myanmar. Menurut mereka, warga Rohingya bukan penduduk asli, melainkan imigran gelap dari luar.

Menurut Ishtiaq Ahmad, sebenarnya penduduk Rohingya telah menetap di Myanmar sejak abad ke-8. Sebelum Burma (nama Myanmar saat itu) merdeka pada 1948, Inggris menetapkan komunitas Muslim Rohingya sebagai bagian dari Myanmar.

Namun, sejak Junta Militer mengambil alih pemerintahan pada 1952, nasib Muslim Rohingya sangat memprihatinkan. Hampir 25.000 warga Rohingya dibantai terus menerus hingga 40 tahun [baca: Junta Militer Inginkan Myanmar Tanpa Penduduk Muslim].

Ahmad pun berargumen bahwa keadaan tersebut terjadi karena demokrasi yang terlalu berlebihan di Myanmar, sehingga penduduk mayoritas menindas yang minoritas. "Situasi itu sama halnya yang terjadi di Yugoslavia pada 1999-an," katanya.(SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini