Sukses

Wapres Mempromosikan &quotAku Bangga Jadi Anak PKI&quot

Buku "Aku Bangga Jadi Anak PKI" laris manis dengan harga melambung, dari Rp 20 ribu menjadi Rp 150 ribu per eksemplar. Permintaan yang tinggi ini dipicu larangan Wapres.

Liputan6.com, Jakarta: Sesuatu yang dilarang justru melahirkan rasa penasaran. Kenyataan inilah yang belakangan terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Pelarangan peredaran buku "Aku Bangga Jadi Anak PKI" yang dikemukakan Wakil Presiden Hamzah Haz malah membuat karya itu laris manis. [baca: Wapres: Sita Buku "Aku Bangga Jadi Anak PKI"].

Berdasarkan pemantauan SCTV, harga buku karangan Ribka Tjiptaning Proletariati, tokoh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang diluncurkan bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, Oktober ini, sebelumnya cuma Rp 20 ribu. Namun, setelah Wapres menyatakan buku tersebut tak sesuai Pancasila, hukum pasar berbicara. Kini, harganya mencapai Rp 150 ribu per eksemplar. Larangan Hamzah tanpa disadari malah mengiklankan buku itu secara gratis.

Sebenarnya, satu hal menarik dari buku setebal 191 halaman itu hanyalah judulnya yang provokatif. Andai ditelusuri dari halaman pertama hingga akhir, isinya lebih banyak bercerita tentang pengalaman, perjuangan mencapai cita-cita, sampai sukses menjadi dokter. Ini termasuk pula kiprah penulis sebagai politisi. Bahkan, bekas Ketua I DPD PDI-P Jawa Barat ini tak banyak menjelaskan subtansi judul. Dalam bukunya, bekas Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI-P Tangerang, Banten, ini malah mengajak rekonsiliasi untuk menghilangkan dendam masa silam. Bukunya lebih banyak dihiasi foto-foto penulis dalam berbagai acara dengan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Taufik Kiemas. Bahkan, di halaman lain penulis sempat berpose dengan Wapres--yang justru belakangan melarang karyanyanya.

Menanggapi imbauan Wapres, Kejaksaan Agung akan menyelidiki buku tersebut. Seandainya buku tersebut terbukti membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, Kejagung akan menarik peredarannnya. "Bila buku itu terbukti untuk menghimpun kekuatan dan menggalang anak-anak PKI, kejaksaan akan mencabut dari peredaran," ujar Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejagung Barman Zahir.

Ribka adalah putri R.M. Soeripto Tjondrosaputro, anggota PKI dari kalangan ningrat Yogyakarta. Ayahnya sempat dijebloskan ke penjara oleh rezim Orde Baru. Ibunya menjadi tahanan kota. Karena itu, Ribka yang ketika peristiwa Gerakan 30 September 1965 meletus berusia tujuh tahun, mesti menjalani masa kecil serba kekurangan.

Selama berkiprah di PDI-P, Ribka yang berniat mendirikan partai berideologi komunis ini dikenal cukup vokal. Akibat suaranya yang lantang dan kerap mengkritik sesama politisi separtai, hubungan Ribka dengan Megawati menjadi renggang. Ribka juga termasuk yang kecewa dengan kepemimpinan Megawati. Bahkan, ketika Megawati mendukung Sutiyoso menjadi Gubernur Jakarta, Ribka termasuk yang keras menolak dukungan itu. Di mata dia, itu adalah bentuk pengkhianatan terhadap para korban penyerbuan kantor PDI 1996.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini