Sukses

Penganan Khas Sumut Selama Ramadan

Penganan tradisional pakat atau berasal dari rotan muda yang banyak terdapat di Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Sumatra utara, kini dicari konsumen selama bulan ramadan 2012.

Liputan6.com, Medan: Penganan tradisional pakat atau berasal dari rotan muda yang banyak terdapat di Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Sumatra utara, kini dicari konsumen selama bulan ramadan 2012.

Salah seorang penjual pakat, bermarga Simamora (45) di Jalan Medan-Tembung, Minggu (29/7), mengatakan, makanan berupa pucuk muda ini benar-benar disukai masyaraka karena setiap sore sudah habis terjual.

Setiap hari, sebanyak 300 batang pakat habis dibeli masyarakat untuk dijadikan sambal nasi. Penganan ini sejak dari dulu di Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Selatan sudah lama dikenal. Makanan ini tergolong langka dan juga unik.

Selain itu, penganan pakat yang rasanya kelat dan sedikit agak pahit, dapat membuat selera makan jadi tinggi. Makanan apa saja yang dicicipi menjadi enak.

"Penganan ini sekaligus dapat berfungsi jadi obat. Bagi warga yang mengalami pencernaan kurang lancar, jika makan pakat dapat sembuh," ujarnya.

Dia mengatakan, makanan pakat ini dijual setelah dipotong-potong dengan ukuran 60 sentimeter. Kemudian dibakar hingga matang dan mengeluarkan getah warna putih.

Lalu pakat tersebut dibelah dan ditemukan pucuk berwarna hijau muda dan dipotong ukuran kecil untuk dijadikan penyedap atau "penambah selera makan" bagi konsumen selama bulan puasa ini.

"Penganan ini sangat enak dicampur dengan kelapa yang digonseng hingga matang. Setelah itu bisa disantap dengan nasi setelah berbuka puasa," ujarnya.

Harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Untuk tiga batang pakat harganya hanya berkisar Rp 5.000.

Penganan yang unik dan menarik ini, hanya dijual di tempat tertentu di Kota Medan. Seperti di Jalan Letda Sudjono, Jalan Prof M Yamin, Jalan Denai, dan Jalan Medan-Tembung.

"Harga penganan tersebut masih terjangkau konsumen dan masyarakat di Kota Medan. Kita juga tidak mungkin menjualnya dengan harga tinggi. Bisa-bisa barang tersebut tak ada yang membeli. Bisa rugi nanti," ujarnya.

Seorang pembeli penganan pakat, bermarga Lubis (53), mengatakan, selama dirinya makan makanan pucuk rotan muda ini, semangat makan cukup tinggi dan bertambah.

"Saya sebelum berbuka puasa, tetap membeli tiga batang pakat yang sudah dibakar dan tinggal memotong kecil-kecil. Kemudian membawanya langsung ke rumah untuk diberi bumbu yang enak," kata Lubis. (FRD)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini