Sukses

Batik Cetak Tiruan Banyak Beredar

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan, banyaknya batik cetak tiruan di pasaran merupakan kendala bagi industri batik di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta: Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan, banyaknya batik cetak tiruan di pasaran merupakan kendala bagi industri batik di Indonesia.

"Permintaan sebagian besar orang indonesia itu yang bagus dan murah, batik cetak tiruan itulah yang memukau dan diminati," kata Euis pada peresmian Pameran Batik Warisan Budaya V di Jakarta, Selasa (25/7).

Euis mengatakan banyak orang tidak bisa memebedakan mana batik tulis, cap, dan campur sehingga banyak pembeli yang tertipu.

"Banyak yang tidak bisa membedakan batik yang betul-betul tulis dengan batik cetak tiruan tersebut karena bahannya memang mirip," katanya.

Menurut dia, jika dilihat dari harganya jelas berbeda. Harga batik tulis asli bisa mencapai ratusan ribu  hingga jutaan rupiah per potong.

Kemenperin mengaku sulit menghadapi kendala tersebut karena industri batik cetak memiliki pekerja yang jumlahnya tidak sedikit.

"Sulit bagi kami untuk melarang perindustrian batik tersebut karena mereka memiliki ribuan pekerja, seperti di Pekalongan," katanya.

Dia menjelaskan, bahan baku batik itu sendiri di Indonesia adalah katun dan sutra yang keduanya merupakan barang impor dari Amerika Serikat, Kanada, dan Bangladesh.

Euis menambahkan kualitas sutra di Indonesia tidak lagi sebaik beberapa tahun yang lalu karena kepompong tersebut terserang penyakit efedrin.

Kemenperin sedang mengupayakan impor kain dari Cina karena harganya lebih murah.

Namun, menurut dia, permintaan batik meningkat dari tahun ke tahun setelah UNESCO mengumumkan menobatkan batik Indonesia sebagai warisan budaya benda pada 2 Oktober 2009. Dia menjelaskan pertumbuhan industri batik mencapai enam hingga tujuh persen dengan pasar 80 hingga 90 persen.

Hal sama dikatakan Ketua Yayasan Batik Indonesia (YBI) Ny Ginandjar Kartasasmita bahwa permintaan akan batik terus meningkat.

"Batik Indonesia sudah ada dimana-mana dan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat," kata istri mantan menteri koordinator ekuin tersebut.

Dia menjelaskan tiga tujuan YBI, yakni pelestarian, peningkatan dan memasyarkatkan batik. "Indonesia merupakan 'global home' batik dunia. Itu merupakan bukti posisi dan kedudukan batik Indonesia di mata dunia," katanya.

Dia juga menjelaskan akan mengikuti tren dunia, baik motif, desain maupun warna. Dia mengatakan pihaknya akan terus mempromosikan batik Indonesia.(ANT/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini