Sukses

Bappenas: Tingkat Pengangguran Pemuda Masih Tinggi

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana mengatakan tingkat pengangguran kaum muda di Indonesia saat ini masih relatif tinggi.

Liputan6.com, Jakarta: Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana mengatakan tingkat pengangguran kaum muda di Indonesia saat ini masih relatif tinggi meski secara nasional tingkat pengangguran terbukanya sudah menurun.

"Kalau kita lihat sekarang, tingkat pengangguran rata-rata nasional sebetulnya sudah lebih rendah, dari sebelumnya 6,8 persen pada 2005 menjadi 6,32 persen di 2011, tetapi tingkat pengangguran kaum mudanya masih relatif tinggi," kata Armida saat acara "Sarasehan Nasional Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja Muda Menuju Indonesia Maju 2025" di gedung Bappenas Jakarta, Selasa (15/5).

Ia menjelaskan, tingkat pengangguran kaum muda setidaknya tiga kali lipat dari angka rata-rata pengangguran nasional.

Angka pengangguran muda saat ini mencapai 19,99 persen dan jumlahnya masih sekitar 4,2 juta orang. Di sisi lain, Indonesia ternyata masih kekurangan tenaga kerja untuk mengisi kebutuhan pasar kerja.

"Untuk itulah MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) dijadikan sebuah kebijakan yang akan menjadi payung dalam rangka penanggulangan kaum muda," katanya.
 
Dalam paparannya saat sarasehan itu Armida menjelaskan, pihaknya memperkirakan bahwa pengembangan kegiatan utama dan kegiatan pendukung pada enam koridor MP3EI diperkirakan mampu menciptakan 9.437.918 lapangan kerja dengan total investasi Rp3.775,9 triliun.

Jumlah lapangan kerja tersebut terbagi atas kegiatan utama dalam hal ini industri sebesar 4.731.770 lapangan kerja dan kegiatan pendukung dalam hal ini sektor infrastruktur sebesar 4.975.400 lapangan kerja.

Perkiraan penyerapan tenaga kerja terbanyak untuk kegiatan utama pada koridor ekonomi tahun 2012-2014 terdapat di koridor Kalimantan sebesar 1.742.550 orang dengan sektor unggulan Besi Baja, Bauksit, Kelapa Sawit, Batu bara, Migas dan Perkayuan.

Kemudian, koridor Papua-Kep. Maluku 1.462.518 orang dengan sektor unggulan Nikel, Tembaga, Pertanian, Migas dan Perikanan.

Koridor Sumatera diperkirakan dapat menyerap 579.973 orang dengan sektor unggulan Besi Baja, Perkapalan, Kelapa Sawit, Karet, Batubara, dan Jembatan Selat Sunda.

Selanjutnya, koridor Sulawesi akan menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 460.940 orang dengan sektor unggulan Nikel, Pertanian, Migas, Kakao dan Perikanan.

Koridor Jawa sendiri akan menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 340.938 orang dengan sektor unggulan makanan minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, Jabodetabek Area, dan pertahanan/alutsista.

Sedangkan koridor Bali-Nusa Tenggara diperkirakan mampu menyerap jumlah tenaga kerja sebesar 144.851 orang dengan tiga sektor unggulan, yakni pariwisata, peternakan dan perikanan.

Selain itu, lanjutnya, total investasi pada kegiatan utama, yakni sektor industri di enam koridor tersebut adalah Rp2.225 triliun, dengan rincian Jawa Rp433 triliun, Kalimantan Rp779 triliun, Sumatera Rp300 triliun, Papua-Kepulauan Maluku Rp450 triliun, Bali-Nusa Tenggara Rp66 triliun, dan Sulawesi Rp197 triliun.(ANT/MEL)

Armida menambahkan, untuk kegiatan pendukung dalam hal ini sektor infrastruktur, perkiraan penyerapan tenaga kerja terbanyak pada koridor ekonomi tahun 2012-2014 terdapat di koridor Jawa 2.553.800 orang.

Setelah itu, Sumatera 942.300 orang, Papua-Kep.Maluku 654.000 orang, Kalimantan 450.800 orang, Sulawesi 220.000 orang dan Bali-Nusa Tenggara 155.600 orang.

Menurutnya, infrastruktur yang akan dibangun dalam enam koridor tersebut antara lain jalan, pelabuhan, pembangkit listrik, bandara, rel kereta api, air bersih, telematika serta infrastruktur lainnya.

Total rencana investasi untuk infrastruktur di enam koridor ekonomi mencapai Rp1.551,4 triliun, dengan rincian koridor Jawa, Rp779,5 triliun, Sumatera Rp314 triliun, Papua-Kepulauan Maluku Rp161,5 triliun, Bali-Nusa Tenggara Rp52,3 triliun, Sulawesi Rp103,1 triliun dan Kalimantan Rp141 triliun.(ANT/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini