Sukses

I.B. Sudjana Tutup Usia

Setelah sempat dirawat intensif selama dua bulan karena kanker paru-paru dan otak, Ida Bagus Sudjana, mantan Mentamben Orde Baru, yang pernah terbelit Kasus Busang, meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta: Mantan Menteri Pertambangan dan Energi di masa Orde Baru Ida Bagus Sudjana wafat di lantai IV Ruang Gawat Darurat Paviliun Kartika Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Ahad (18/8) sekitar pukul 19.50 WIB. Ayah tiga anak ini meninggal setelah dirawat selama hampir dua bulan di RS karena penyakit yang menyerangnya, kanker paru-paru dan otak. Sekitar pukul 01.00 WIB jenazah almarhum diterbangkan ke tanah kelahirannya, Denpasar, Bali, dengan menggunakan pesawat Pelita Air Sevice dari Bandar Udara Halim Perdana Kusuma. Jenazah akan disemayamkan di Desa Sanur, Denpasar. Sementara upacara ngaben akan ditentukan para pendande dan kerabat sesuai dengan hari baik untuk almarhum.

Seluruh keluarga dan kerabat almarhum terlihat berkumpul di rumah sakit, kecuali putra tertua Sudjana yang perwira TNI karena masih bertugas di Nanggroe Aceh Darussalam. Mereka yang melayat di antaranya, pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat, Putra Astaman, Komandan Pusat Polisi Militer TNI Brigadir Jenderal Sulaiman AB dan Menteri Perhubungan Agum Gumelar.

Sudjana adalah putra asli Bali kelahiran Sanur 76 tahun silam. Selepas dari Sekolah Lanjutan Umum Tingkat Atas (SLUA) Saraswati Denpasar, dia melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer Nasional (AMN). Di AMN, almarhum tercatat sebagai angkatan pertama, sekelas dengan Edi Sudrajat, dan lulus pada 1960. Selanjutnya, penganut agama Hindu taat ini sempat mengalami pendidikan militer di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1973), Sekolah Staf dan Komando Gabungan (1978), dan Lembaga Pertahanan Nasional (1980).

Perjalanan kariernya di TNI dimulai pada 1961 ketika ia menjadi Komandan Peleton Pusat Pendidikan Artileri Medan Cimahi, Bandung, Jawa Barat. Di sanalah Sudjana bertemu Iskana Parwati yang menjadi pendamping hidupnya hingga akhir hayat. Pada 1971 Sudjana diangkat menjadi Komandan Rayon Armed Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Selama kurun 1975-1978, putra pendeta ini menjabat sebagai Komandan Resimen Armed Kostrad dan Komandan Resor Militer 121/DAM XII/TPR. Kariernya di Kostrad juga membawa Sudjana ke Timor Timur dalam Operasi Seroja.

Banyaknya pasukan ABRI yang gugur dalam operasi ini mendorong Sudjana mendirikan Yayasan Wredatama Seroja yang memberikan santunan dan beasiswa kepada anak-anak tentara. Namun, pengalaman yang dianggap paling mengesankan adalah ketika Sudjana menjadi Komandan Rayon Militer Sintang, Kalimantan Barat, pada 1987-1989. Semasa Jenderal L.B. Moerdani menjabat sebagai Panglima ABRI, Sudjana yang berpangkat Mayor Jenderal dilantik menjadi Kepala Staf Umum ABRI. Jabatan terakhir Sudjana di Militer adalah Sekretaris Jenderal Departemen Kehakiman dan Keamanan dengan pangkat Letnan Jenderal karena ditunjuk oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Pertambangan dan Energi.

Karier militer Sudjana yang banyak dihabiskan di lapangan memimpin pasukan cukup mempengaruhi kepemimpinannya di Departemen Pertambangan dan Energi. Tak heran jika Sudjana mampu beradaptasi dan menguasai berbagai masalah di Deptamben dalam waktu yang relatif singkat. Keberhasilannya di Deptamben antara lain menekan harga jual listrik swasta menjadi US$ 7 untuk satu kilowatt per jam (kwh) dari US$ 10,3 per kwh. Sudjana juga dianggap berhasil menangani masalah lingkungan hidup. Maklum, departemen yang dipimpinnya kerap dinilai sebagai biang keladi perusakan lingkungan. Puncak keberhasilannya dalam menjaga lingkungan adalah ketika ia mendapat penghargaan dari Yayasan Sonobar.

Ironisnya, Sudjana dianggap bertanggung jawab atas perusakan alam dengan adanya proyek penggunaan panas bumi di Bali. Selain itu, Sudjana juga dituduh orang di belakang penyingkiran pebisnis pertambangan yang dibesarkan Ginandjar Kartasmita--Mentamben sebelum Sudjana. Terakhir, Sudjana kembali sorotan publik karena dianggap terlibat dalam kasus tambang emas Busang, Kalimantan Timur, dengan tersangka utama Ginandjar. Innalilahi Wainailaihi Rojiun.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini