Sukses

Waspada Gula Jawa Berbahaya

Sangat banyak jenis panganan di Indonesia yang tak bisa lepas dari gula jawa. Tapi, Anda harus waspada karena belakangan beredar gula jawa mengandung bahan kimia pengawet dan pencerah warna yang membahayakan tubuh.

Liputan6.com, Sumatra: Tempat-tempat jajanan umum bertebaran hampir di setiap sudut, terutama di berbagai kota di Tanah Air. Kuliner yang tersedia pun beragam. Soal bersih dan kandungan gizi bagi sebagian orang jadi nomor kesekian. Jika perut sudah lapar, dimanapun dan apapun hidangannya pasti dilahap.

Ketoprak atau rujak, misalnya, kerap ditemukan di tempat-tempat makan umum. Dua kuliner ini merupakan sedikit contoh makanan yang memakai gula merah atau gula jawa sebagai bahan-bahannya. Gula jawa ditumbuk dengan bahan lainnya, seperti kacang dan cabai, menjadikannya campuran bumbu yang lezat untuk rujak.

Namun, di balik kelezatan serta kesegarannya, beredar kabar ada segelintir pedagang nakal yang meramu gula jawa dengan zat tertentu sehingga bisa berdampak tidak baik untuk kesehatan. Tim Sigi SCTV mencoba menelusuri kebenaran kabar itu. Seorang pembuat gula di sebuah kota di Sumatra yang menjadi salah satu pemasok Tim Sigi datangi.

Untuk membuat gula jawa, pagi-pagi sang pembuat sudah harus menyambangi kebun kelapa miliknya. Dengan cekatan, ia memanjat berpuluh-puluh pohon kepala cepat. Berliter-liter nira kelapa diambil setiap hari untuk diolah menjadi gula jawa.

Tungku pun disiapkan. Nira langsung dimasak. Benar-benar masih diproses secara tradisional. Cukup lama waktu memasaknya, butuh tiga sampai empat jam memasak nira sampai kehitaman hingga berubah menjadi gula jawa.

Kalau tak terlalu dicermati, kita akan segera meyakini cara memasak seperti ini adalah cara alami membuat gula jawa. Namun, kesabaran berbuah hasil. Tim Sigi melihat ada keganjilan, yakni ada serbuk yang dicampurkan ke adonan nira. Rasa penasaran pun menyeruak tentang kegunaan dan pengaruh obat gula ini. Sementara proses mematangkan gula jawa yang dioplos serbuk kimia tadi sudah hampir selesai dan artinya gula jawa siap dicetak.

Hasil gula jawa cetakan diteliti baik baik. Sekilas tak nampak ada perbedaan signifikan yang mencurigakan, selain warnanya lebih cerah dan bersih. Rahasia adonan gula jawa yang dicampur dengan obat kimia ternyata sudah diketahui si pembuat sejak lama. Obat kimia yang tak jelas dari sisi keamanannya untuk makanan ini mudah didapati dan dijual bebas.

Informasi dari pembuat gula jawa ini lalu Tim Sigi tindak lanjuti dengan mendatangi agen penjual obat gula itu. Bau kimia yang amat menusuk menyambut kedatangan Tim Sigi saat mendatangi sebuah rumah yang diduga tempat penjualan obat gula. Info sang pembuat gula jawa cukup akurat. Rumah itu merupakan gudang tempat obat kimia yang biasa digunakan pembuat gula jawa. Berkarung-karung obat gula terhamparsiap dijual.

Obat kimia ini ternyata tak pandang bulu. Sang penjual yang semestinya terbiasa dengan aroma menusuk dari obat kimia tidak tahan juga dengan baunya. Dari salah satu karung obat kimia kami mendapati tulisan sodium meta bisulfit, yakni unsur kimia bersifat korosif dan mengandung asam yang cukup tinggi. Bisa jadi, nama unsur kimia yang cukup berbahaya bila dosisnya berlebih ini sengaja dirahasiakan oleh si penjual kepada para pembuat gula jawa.

Tim Sigi tak membuat asumsi sendiri karena kerasnya unsur kimia juga diakui si penjual. Tak hanya merusak tubuh, benda-benda lain di sekitar gudang juga ikut rusak karena sifat unsur kimia dari obat gula jawa itu.

Rupanya, sang pemilik gudang sekaligus penjual kimia sulfit ini tidak pernah membuka nama unsur kimia yang dijualnya. Hal ini sebenarnya sempat membuat curiga pekerjanya.

Cuma menduga-duga dan tak tahun pasti. Sampel gula jawa lalu Tim Sigi ujicoba di laboratorium terpecaya. Hasilnya tak berbeda jauh dari pengamatan Tim Sigi.

Sodium Meta Bisulfit sebenarnya masih bisa digunakan pada produk pangan sebagai pengawet, namun dalam takaran tertentu. Sementara dari sampel gula jawa yang diuji jauh melebihi ambang batang penggunaan pada makanan sehingga berbahaya.

Untuk itu, konsumen lebih disarankan memilih gula jawa berwarna lebih gelap karena relatif aman dari bahan kimia. Atau setidaknya mengandung sulfit dalam batas yang wajar.(BOG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini