Sukses

Ongkos Mahal Politik BBM

Keputusan politik tentang rencana kenaikan harga BBM telah disahkan DPR. Pengambilan keputusan dinilai banyak diwarnai negosiasi politik.

Liputan6.com, Jakarta: Bak drama politik yang dimainkan lebih dari 500 orang berlangsung di ruang paripurna DPR. Hujan interupsi terus terdengar sahut menyahut. Semua seolah ingin berbicara tapi seakan enggan mendengar. Tak puas berbicara di tempat duduk, berteriak di depan meja ketua sidang. Mereka adu argumen tentang rencana kenaikan harga BBM.

Tidak kalah seru, para mahasiswa yang duduk di balkon ikut berteriak, namun ditertibkan aparat keamanan. Setelah lewat tengah malam, drama politik terlihat akan berakhir dengan kemenangan partai-partai yang menunda kenaikan BBM untuk saat ini.

Ketuk palu ketua sidang seperti keputusan dengan ongkos politik yang besar. Sejak sidang paripurna belum dimulai, ribuan orang dari berbagai elemen masyarakat berunjuk rasa di depan Gedung DPR. Bahkan, mereka sempat merobohkan gerbang kokoh di halaman Gedung DPR dan berusaha masuk. Namun, upaya mereka disambut tembakan gas air mata oleh polisi.

Sehari sebelumnya arena pertempuran terjadi di kawasan Salemba, Jakarta. Demonstrasi mahasiswa yang berlangsung hingga malam memblokir jalan dan berlangsung anarkis.

Mobil milik polisi dibakar. Tidak ketinggalan motor pun ikut musnah dibakar mahasiswa. Puluhan korban dari pengunjuk rasa harus dirawat termasuk Kapolsek Senen yang sempat pingsan karena dikeroyok massa.

Di berbagai daerah ongkos politik juga harus dibayar mahal. Polisi di Medan, Sumatra Utara, bentrok dengan pengunjuk rasa. Sebelumnya, massa sempat membakar pos polisi di persimpangan Jalan S Parman dan Jalan Sudirman.

Begitu pula di Makassar, Sulawesi Selatan. Pos polisi yang telah dihancurkan dibakar juga. Di beberapa daerah lain, kantor dan peralatan polisi yang dibayar dengan uang rakyat jadi sia-sia. Belum lagi korban yang jatuh akibat baku pukul antara polisi dan mahasiswa saat unjuk rasa berlangsung. Dan anehnya rumah makan cepat saji pun ikut jadi sasaran unjuk rasa.

Demonstrasi akhirnya berhasil menyebarkan ketakutan di masyarakat. Sekolah-sekolah pun banyak yang diliburkan. Di pasar tradisional pedagang menderita kerugian besar. "Hampir 80 persen," kata Dedi Efendi, salah satu pedagang di Jakarta.

Inilah yang disebut sebagai mahalnya ongkos politik yang sangat disesalkan. Hamdi Muluk, pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia, mengatakan, para politisi mempunyai agenda sendiri. Sementara budayawan Benny Susetyo menilai rakyat telah ditipu. "Ini politik tipu daya," katanya.
 
Masyarakat pun menanggapi drama politik yang terjadi di DPR dengan beragam. Ada yang mengatakan lucu. Namun ada juga warga yang menyebutnya membodohi masyarakat. "Terlalu banyak politiknya," kata warga.

Yaa.. drama politik yang akhirnya bisa dinilai sendiri oleh masyarakat. Politik BBM untuk siapa sebenarnya tetapi ongkosnya yang mahal telah ditanggungkan pada rakyat.(IAN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini