Sukses

Demo Kenaikan BBM Jangan Lagi Anarkis

Pekan ini, demo penolakan kenaikan harga BBM yang cenderung anarkistis dan serangan serangga tomcat menjadi isu yang paling menyedot perhatian publik.

Liputan6.com, Jakarta: Pekan ini, demo penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang cenderung anarkistis dan serangan serangga tomcat menjadi isu yang paling menyedot perhatian publik. Di beragai daerah, tak sedikit warga, terutama anak-anak, jadi korban bisa si kumbang rove itu.

Kopi Pagi menyoroti demo penolakan kenaikan harga BBM yang tak lagi sekadar membakar ban. Di lampung, para mahasiswa menghadang truk tanki berdistribusi. Sejumlah pom bensin ditempeli stiker penyegelan. Tujuan aksi, memaksa aparat menindak tegas penimbun BBM.

Di Sleman, Yogyakarta, polisi terpaksa membubarkan aksi anarkistis pendemo dengan meriam air. Aksi mahasiswa dari Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) berubah ricuh saat pendemo akan membakar foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Saling serang antara polisi dan mahasiswa tak terhindarkan. Lampu lalulintas pun jadi sasaran pelampiasan, hingga hancur tak berbentuk.

Di Ambon, Maluku, Kapolres Pulau Ambon Ajun Komisaris Besar Polisi Soeharwiyono terkena sambitan batu para pengunjuk rasa. Tak terima komandan dipukul, polisi terpancing membalas. Baku pukul pun tak terhindarkan, hingga tembakan pistol dilepaskan guna meredam aksi.

Sementara di Lampung dan Nusa Tenggara Timur, ketika mahasiswa sibuk berdemo, oknum lain sibuk menimbun BBM. Modus penimbunan bensin dan solar dengan tanki mobil atau motor modifikasi makin marak.

Tanki kendaraan roda empat, mulai dari mobil, truk, hingga bus diakali agar bisa menampung berlipat-lipat liter BBM. Selain itu, para oknum menyimpannya timbunan BBM di sebuah gudangi, seperti gudang aspal di Kupang, NTT.

“Ini komentar keras, ya. Matiin aja. Itu kan dilarang agama,” kata Ponco, warga Jakarta.

“Itu sengaja. Mereka menimbunnya sekarang, pas bulan kenaikannya, harga BBM langsung dijual dengan harga berlipat,” kata Vero, warga Jakarta.

“Itu jelas merugikan masyarakat!” kata Iqbal, warga Jakarta.

“Itu kelewatan. Mereka menimbun sebelum kenaikan BBM, pas naik dikeluarkan,” kata Komari, warga Jakarta.

Kopi Pagi kali ini juga menyoroti serangan serangan serangga tomcat di berbagai daerah di Tanah Air. Bermula dari Jawa Timur, serbuan tomcat sudah melebar ke berbagai daerah. Tercatat Sukabumi dan Tasikmalaya di Jawa Barat, Yogyakarta, Bangkalan di Madura, Bali, hingga Bima di NTB.

Warga yang terkena serangan tomcat ditandai dengan kondisi kulit yang melepuh, memerah, dan bernanah. Penderita juga merasa perih dan panas. Menurut hasil penelitian bisa sengatan tomcat lima kali lebih kuat dari bisa kobra.

Tomcat bukan serangga pendatang baru. Dalam rantai makanan, sedianya tomcat musuh alami hama wereng di persawahan. Diduga akibat berkurangnya tokek, jumlah predator si kumbang rove itu menjadi banyak.

Ketertarikan akan cahaya lampu pada malam hari menjadi faktor tomcat bersentuhan dengan manusia. Jangan panik. Asalkan tak disentuh, tomcat tak akan mengeluarkan bisa.

Usir tanpa membunuhnya. Segera bilas dengan air mengalir, serta sabun. Jangan gunakan bedak, karena justru memicu penyebaran.

“Cari solusinya, bikin kebersihan lingkungan saja. Mereka predator membantu petani juga. Siang gak ada masalah, pas malama aja,” kata Suranto, warga.
   
“Yang kita butuhkan penanggulannggannya,” kata Hasan Basri, warga.

“Efeknya kan parah banget, merusak banget. Solusinya belum ada lagi. Jadi, pinter-pinter kita saja,” kata Umi, warga.

“Kita wasdapadai aja, biar gak mengganggu anak-anak,” kata Ade Fana, warga.

Pemerintah dan masyarakat dihadapkan dua persoalan yang sulit. Karena itu dibutuhkan solusi untuk memecahkan dekua masalah itu dengan cermat. Namun, masyarakat memang dituntut lebih siap menghadapi segala kemungkinan.(SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini