Sukses

Apindo: Kenaikan BBM Ancam Industri Kecil

Rencana kenaikan harga BBM per awal April mendatang bukan saja mengancam kelangsungan ekonomi makro, tetapi juga sektor riil. Apindo memperkirakan, industri kecil tidak akan bertahan lama.

Liputan6.com, Jakarta: Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per awal April mendatang bukan saja mengancam kelangsungan ekonomi makro, tetapi juga sektor riil. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan, industri kecil tidak akan bertahan lama.

Ketua Apindo Sofyan Wanandi mengatakan, industri kecil yang akan terancam gulung tikar, khususnya industri yang banyak menggunakan tenaga buruh. "Ada dua masalah yang paling penting, kali ini kami ingin perlihatkan masalah yang ada hubungannya dengan kenaikan BBM dan TDL, serta UMP yang lalu. Kami bersama industri-industri yang menghadapi labour industri. Yang paling kena adalah, retail, elektronik, sepatu, makanan dan minuman, dan lainya," ujar Sofyan di kantor Apindo, Kuningan, Jakarta, Rabu (14/3).

Industri kapital seperti perkebunan sawit atau tambang, menurut Sofyan, tidak terlalu berpengaruh terhadap kenaikan BBM. Karena itu, terkait kenaikan tarif dasar listrik (TDL), sebaiknya pemerintah dapat menunda tahun depan. "Ini industri-industri yang paling tidak tahan, karena membawa labour intensive. Kami tidak bawa industri capital intensive, seperti sawit, tambang. Itu tidak. Tapi industri paling banyak pakai tenaga kerja," ujarnya.

Sofyan mempertanyakan kepastian hukum usaha itu. "Kami tidak setuju kalau sekaligus TDL itu naik berbarengan. Jadi paling tidak ditunda tahun depan, labour intensive akan kolap," imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekjen Apindo Satria Hamid mengaku khawatir atas kenaikan BBM dan TDL secara bersamaan. Pasalnya, dengan kenaikan tersebut kemungkinan besar akan berpotensi terjadi inflasi, yakni 7,1 persen.

"Kami berada di hilir. Yang kami khawatirkan dampak BBM satu paket TDL itu akan mereduksi daya beli masyarakat. Dari elektronik dan tekstil ada dampak. Dampak kenaikan barang 5-10 persen. Retail kan wajah kota, kalau efisiensi harus irit listrik, dari satu mall ke mall kan tidak mungkin," imbuh pengusaha retail tersebut.(BJK/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.