Sukses

Pewaris Leluhur Pulau Timor

Etnis suku Boti, tinggal di perkampungan kecil namun eksklusif. Mereka menjunjung tinggi adat istiadat dan setia terhadap warisan leluhur.

Liputan6.com, Timor: Pulau Timor. Pulau yang kaya ragam budaya ini terbelah menjadi dua negara, yakni Indonesia dan Timor Leste. Di bagian tengah selatan pulau tersebut hiduplah komunitas yang teguh memegang prinsip adat, yaitu komunitas etnis suku Boti.

Hingga kini suku Boti tinggal di kampung kecil, namun eksklusif. Tak bisa sembarang orang masuk ke dalam yang dibatasi pagar kayu. Siapa pun yang hendak bertamu, wajib melapor ke penjaga kampung.

Mereka yang tinggal di dalam pagar disebut Boti Dalam. Keyakinan mereka masih sama dengan leluhur. Berbeda dengan Boti Luar, kepercayaan turun-temurun tak lagi mengikat lantaran mereka telah memeluk satu dari lima agama di Indonesia.

Boti dipimpin seorang raja bernama Namah Beno atau biasa dipanggil Usik. Ia seorang bangsawan yang menjadi panutan dalam urusan hukum-hukum adat.

Sirih pinang cukup penting bagi suku Boti. Ini cara sederhana untuk menjalin keakraban antara tamu dan tuan rumah. Kain rajut Boti menjadi tanda raja dan warga telah menerima kehadiran tamu di kampung mereka.

Setiap tamu yang datang akan ditempatkan di lopo atau rumah adat sebagai bentuk penghormatan. Atas nama rahasia adat, mereka tak diiizinkan tinggal di rumah bulat kediaman khas etnis Boti.

Suasana malam di Boti bertabur cahaya lampu tempel. Arus listrik memang belum menjamah daerah ini. Sekalipun bisa menggunakan generator, warga Boti lebih memilih penerangan alami yang jauh lebih murah.

Kaum lelaki suku Boti senang berkumpul dan berbincang-bincang hingga larut. Ketika ada tamu, mereka harus menjaga keamanan pendatang yang bermalam di lopo. Penghormatan warga Boti terhadap tamu memang tinggi hingga sang raja pun ikut menjaga meski tak lama.

Sebelum beranjak tidur, tamu akan mendapat kehormatan lewat jamuan malam. Makan bersama yang melahirkan kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan.

Identitas suku Boti lain yang tak bisa ditinggalkan adalah pergi ke pasar di luar. Bagi orang Boti Dalam, penampilan dalam wujud baju adat merupakan harga mati yang tak bisa ditawar-tawar.

Sesungguhnya, etnis Boti adalah orang-orang mandiri. Mereka tak akan belanja ke pasar andai tak terpaksa. Salah satu ciri khas Boti, yaitu menjunjung tinggi adat dan menghargai alam sebagai bagian kehidupan.

Kain-kain tenun di sini merupakan hasil dari kapas yang mereka tanam. Kaum perempuan Boti rutin menyibukkan diri mengelola kapas menjadi benang tenun yang kemudian mereka jual.

Dalam pembuatannya, hampir seluruh warga Boti terlibat termasuk sang raja yang lebih sering membaur ketimbang hidup di kediamannya. Dari kreativitas mengolah alam ini, warga Boti hidup. Kain-kain tenun, mereka jual untuk kebutuhan sehari-hari.

Suku Boti dikenal sangat memegang teguh keyakinan dan kepercayaan yang disebut Halaika. Mereka percaya pada dua penguasa alam, yaitu Uis Pah dan Uis Neno.

Uis Pah sebagai mama atau ibu yang mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Sementara, Uis Neno sebagai papa atau bapak yang merupakan penguasa alam baka yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan perbuatannya di dunia.

Dari generasi ke generasi, warga Boti dalam adalah orang-orang yang loyal pada aturan nenek moyang. Bila kepercayaan dan aturan adat Boti dilanggar, maka yang bersangkutan tidak akan diakui sebagai penganut kepercayaan Halaika. Artinya, ia harus keluar dari komunitas suku Boti dan tinggal di luar pagar kampung.

Ada banyak tradisi yang masih melekat sampai sekarang. Salah satunya, rambut lelaki Boti. Mereka memiliki identitas yang khas khususnya bagi lelaki dewasa yang telah berkeluarga dengan rambut panjang dan berkuncir. Ada yang diyakini di balik gaya panjang itu. Mereka dikenal sebagai lelaki setia karena hanya menganut monogami atau beristri satu.

Bagi anak-anak Boti, hanya ada satu cara untuk menghormati leluhur yang telah lakukan sejak dahulu. Mereka wajib memangkas rambut bila gigi susu si anak tanggal.

Adat dijunjung, keyakinan dipegang teguh. Di tengah modernitas zaman, orang-orang Boti adalah kaum yang setia pada jati diri. Alam telah memberikan mereka banyak hal, salah satunya tetap bersahaja dan bahagia di lingkaran keterbatasan.(APY/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini