Sukses

Ketika Perajin Besek Kian Terpinggirkan

Saat masih berjaya, perajin besek dari bambu bernama Saiman mengaku bisa menjual hingga ke Kota Yogyakarta, terutama Pasar Beringharjo. Seiring derasnya barang-barang dari plastik, omzet penjualan menurun.

Liputan6.com, Sleman: Derasnya peredaran barang-barang dari plastik, membuat tempat makanan atau besek dari bambu belakangan ini makin terpinggirkan. Kondisi ini sangat dirasakan Saiman, kakek berusia 70 tahun asal Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Saiman, sebelum maraknya serbuan tempat makanan dari kertas dan plastik, banyak warga di desanya berprofesi sebagai perajin besek dari bambu. Kini, satu per satu perajin memilih berhenti. Tak sedikit mereka beralih profesi karena usaha lamanya dianggap tak lagi menguntungkan.

Saat masih berjaya, Saiman mengaku bisa menjual hingga ke Kota Yogyakarta, terutama Pasar Beringharjo yang merupakan pasar terbesar. Jumlahnya pun cukup lumayan. Sebab mencapai tak kurang dari seratus besek bambu per hari. Namun seiring perkembangan zaman, omzet penjualan menurun.

Kini akibat persaingan yang begitu ketat, Saiman hanya mengandalkan penjualan hasil kerajinan dari pesanan. Dengan proses pembuatan yang tergolong memerlukan ketrampilan dan kecermatan tersendiri, satu besek bambu hanya laku dijual Rp 800.

Saiman mengaku tak tahu sampai kapan lagi akan tetap bertahan di usaha kerajinan ini karena usia bertambah tua. Sementara anak-anak dan cucu tak ada yang mau meneruskan.(AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini