Sukses

Pemerintah Bersikukuh Beli 100 Tank Leopard

Wakil Ketua DPR bidang Polhukam Priyo Budi Santoso memandang pembelian tank bekas Belanda ini belum tepat. Apalagi industri di dalam negeri seperti Pindad telah mampu membuat tank.

Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah tetap bersikukuh pada rencana pembelian 100 tank leopard bekas dari Belanda. Hal ini dipandang telah sesuai kebutuhan Tentara Nasional Indonesia. Namun DPR justru terkesan berusaha mengadang keinginan pemerintah dengan alasan seharusnya tank buatan dalam negeri lebih diutamakan.

Polemik modernisasi alat utama sistem atau alutsista pertahanan Indonesia masih terus bergulir. Kementerian Pertahanan berencana membeli tank Leopard bekas Pemerintah Belanda. Tidak tanggung-tanggung, rencananya lebih dari 100 tank Leopard 2a6 akan dinegosiasikan harga pembeliannya. Untuk tahun 2010 sampai 2014, TNI mendapatkan anggaran Rp 156 triliun untuk memperkuat alutsistanya.

Tetapi rencana itu belum berjalan mulus. Wakil Ketua DPR bidang Polhukam Priyo Budi Santoso memandang pembelian tank bekas Belanda ini belum tepat. Apalagi industri di dalam negeri seperti Pindad telah mampu membuat tank. "Kalau Pindad bisa buat kenapa tidak bikin," ujar Priyo, baru-baru ini.

Kendati mendapat keluhan dari Parlemen, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan spesifikasi tank Leopard sesuai kebutuhan TNI.

Sebagai perbandingan, sebagian besar tank yang dimiliki TNI AD adalah buatan tahun 1950-an. Terakhir Indonesia pernah membeli tank Scorpion asal Inggris. Tetapi tank tersebut tidak dapat digunakan seperti saat operasi keamanan di Aceh. Soalnya persyaratan pembelian yang dikhawatirkan adanya pelanggaran HAM.

Sementara tank Leopard yang rencananya akan dibeli adalah tank buatan Jerman tahun 2004. Berukuran besar dan kuat. Rencana pembeliannya pun akan lengkap sehingga bisa digunakan di medan pertempuran jika diperlukan.

Tank sekelas Leopard juga sudah dimiliki negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Pemerintah berharap kekuatan tempur TNI akan sejajar di Asia Tenggara.(ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini