Sukses

AS dan Korsel Bahas Semenanjung Korea

Para tinggi Amerika Serikat dan Korea Selatan membahas "langkah selanjutnya" yang perlu diambil di semenanjung Korea menyusul kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il.

Liputan6.com, Washington: Para tinggi Amerika Serikat dan Korea Selatan membahas "langkah selanjutnya" yang perlu diambil di semenanjung Korea menyusul kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il.

Utusan tinggi nuklir Korea Selatan Lim Sung-Nam mengadakan pembicaraan yang "konstruktif, substantif" di Washington pada Rabu (28/12) dengan Glyn Davies, wakil khusus AS untuk kebijakan Korea Utara, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland.
  
"Mereka membahas berbagai isu, termasuk langkah-langkah berikutnya di Semenanjung Korea," katanya kepada wartawan tanpa merinci.
  
Pembicaraan itu mencerminkan "kerja sama erat antara kedua negara kami dan ikatan pribadi yang mereka mulai bentuk," tambahnya.

Juru bicara kementerian luar negeri Korea Selatan, Cho Byung-Jae mengatakan pada Selasa (27/12) bahwa pasangan itu akan membahas "keadaan saat ini di Semenanjung Korea setelah kematian Kim Jong-Il dan mendiskusikan koordinasi untuk membuat kemajuan dalam masalah nuklir Korut."

Lim bertemu dengan kepala utusan nuklir Cina Dawei Wu di Beijing pekan lalu untuk membahas tentang bagaimana menanggapi kematian tiba-tiba penguasa lama Korea Utara pada 17 Desember itu.

Perundingan enam negara tentang program senjata nuklir Korut-dipimpin oleh Cina dan melibatkan dua Korea, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia-telah terhenti sejak putaran terakhir pada Desember 2008.

Pyongyang bergegas keluar dari forum pada April 2009 dalam protesnya terhadap apa yang digambarkan sebagai permusuhan AS, dan melakukan uji coba nuklirnya yang kedua sekitar sebulan kemudian.

Korea Utara dan Cina telah menyatakan keinginan untuk kembali ke forum tanpa prasyarat. Namun Washington dan Seoul telah bersikeras Korea Utara harus menunjukkan ketulusan dalam ketegangan denuklirisasi dan kemudahan-kemudahan dengan Selatan.
   
Perundingan untuk melanjutkan pembicaraan nuklir itu tampaknya membuat kemajuan sebelum kematian Kim, dengan laporan bahwa Pyongyang akan tunduk pada permintaan penting  AS yang menghentikan program pengayaan uraniumnya dengan imbalan bantuan makanan dari Amerika Serikat.

Nuland menegaskan bahwa Robert King, utusan khusus AS untuk hak asasi manusia yang melakukan perjalanan awal tahun ini ke Korea Utara untuk mengeksplorasi kemungkinan bantuan  makanan  menghadiri pertemuan dengan Lim dan Davies. "Kami terus berbicara tentang situasi kemanusiaan di DPRK," katanya, mengacu kepada nama resmi Korea Utara.(ANT/AFP/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini