Sukses

Mantan Petinggi Khmer Merah Disidang

Pengadilan Kamboja yang didukung oleh PBB menyidangkan tiga mantan petinggi Khmer Merah yang didakwa atas kasus kejahatan kemanusiaan.

Liputan6.com, Phnom Penh: Pengadilan Kamboja yang didukung oleh PBB menyidangkan tiga mantan petinggi Khmer Merah yang didakwa atas kasus kejahatan kemanusiaan, Senin (21/11). Pengadilan menyidangkan Nion Chea atau yang dikenal dengan sebutan Saudara Nomor Dua, Khieu Sampan, dan Ieng Sary, mantan Menteri Luar Negeri Kamboja era Khmer Merah.

Ketiganya kini telah berusia delapan puluh tahunan dan menghadapi sejumlah dakwaan berat seperti pembunuhan massal dan kejahatan melawan kemanusiaan lainnya. Sidang pertama hari ini berisi pernyataan pembuka yang disampaikan oleh Jaksa. Jaksa dalam kesempatan itu mengatakan bahwa rakyat Kamboja berada dalam kondisi yang sangat menyedihkan dan benar-benar menderita saat Khmer Merah berkuasa.

Pemerintah Kamboja butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menyidangkan para tokoh berpengaruh di lingkungan Khmer Merah sejak rezim itu jatuh pada 1979 lalu. Mereka juga sudah meminta PBB dan masyarakat internasional untuk membantu membentuk pengadilan mengusut kasus pembunuhan massal pada pertengahan 1990 lalu.

Pengadilan itu sendiri akhirnya terbentuk pada tahun 2006 setelah melewati negosiasi panjang antara pemerintah di Phnom Penh dengan PBB. Meski demikian, sejauh ini baru satu tokoh Khmer Merah yang sudah dijatuhi hukuman bersalah yaitu Kaing Guek Eav atau biasa dikenal dengan Kamerad Duch. Pada Juli tahun lalu Kamerad Duch dijatuhi hukuman penjara 35 tahun.

Namun, karena Duch sudah sempat menjalani masa tahanan dan kompensasi akibat penahanan ilegal, Duch mantan kepala penjara yang mengakibatkan sedikitnya 15.000 orang tewas akan bebas dalam 19 tahun.

Dalam pernyataan sebelumnya, ketiga tokoh Khmer Merah yang menjalani persidangan hari ini telah membantah semua tuduhan yang diarahkan kepada mereka. Persidangan sendiri mendapat perhatian warga Kamboja. Ratusan orang dilaporkan berkumpul di luar gedung persidangan mulai dari pelajar, bhiksu, mereka yang selamat dari rezim tersebut dan mantan kader Khmer Merah.

Rezim Khmer Merah selama berkuasa berupaya untuk membentuk masyarakat komunis yang ideal dengan memaksa warga kota bekerja di pedesaan sebagai petani dan menghapuskan kelompok kelas menengah. Mereka memaksa para intelektual untuk meninggalkan jabatannya dan bekerja di ladang-ladang pertanian.

Diperkirakan ada sekitar 1,7 juta orang yang tewas, atau sekitar sepertiga dari jumlah populasi warga Kamboja saat itu, akibat dibunuh, kelaparan, meninggal saat bekerja, dan disiksa selama rezim itu berkuasa pada periode 1975-1979.(BBC/ADO)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini