Sukses

Pacu Jawi, Karapan ala Nagari Tuo

Konon tradisi pacu jawi sudah ada sejak 500 tahun silam di Kabupaten Tanah Datar. Sapi yang menang, harganya dapat naik dua kali lipat.

Liputan6.com, Tanah Datar: Sebagian Anda mungkin mengenal dengan karapan sapi khas Madura, Jawa Timur. Tapi balapan sapi asal Sumatra Barat taua biasa disebut dengan sedikit berbeda. Tradisi turun temurun di Tanah Minangkabau ini yang ternyata sudah mendunia alias go internasional.

Pacu artinya berlari kencang. Jawi artinya sapi. Konon tradisi unik pacu jawi sudah ada sejak 500 tahun silam di Kabupaten Tanah Datar. Sebelum acara puncak pacu jawi, adu pantun digelar. Tujuannya selain sambutan pemuka adat juga untuk menentukan lokasi pacu jawi selanjutnya.

Berbeda dengan karapan sapi di Madura, pacu jawi justru digelar di tengah sawah berlumpur. Bukan lomba dan tanpa mencari pemenang karena balapan sapi ini memang digelar semata untuk menghibur petani jelang membajak sawah, menanam padi, hingga panen raya.

Yang unik dari pacu jawi adalah peserta dilepas satu per satu tidak bersamaan. Agar larinya semakin kencang, ada rahasianya yakni menggigit ekor sapi sekeras-kerasnya. Karena tidak ada hadiah, kelebihan sapi pemenang adalah harganya yang melonjak dua kali lipat bila dijual.

Sapi biasanya dijual di pasar ternak Desa Cubadak, Batusangkar. Pasar ternak ini merupakan yang terbesar di Sumbar. Para pembeli dari berbagai pelosok Tanah Sumatra dan sekitarnya selalu ramai berdatangan. Pasar ini hanya buka satu kali dalam seminggu yakni pada hari Kamis.

Yang unik dari pasar ternak ini adalah tradisi barosok. Teknik menawar harga antara penjual dan pembeli ini memang sengaja disembunyikan di dalam kain sarung. Tujuannya yakni seandainya pembeli ingin menjual lagi hewan ternak harganya bisa berbeda tanpa diketahui orang lain.

Oleh-oleh yang tidak boleh dilupakan saat berkunjung ke Tanah Datar adalah dakak-dakak. Camilan renyah ini terbuat dari bahan dasar tepung beras. Cara buatnya unik. Dakak-dakak sebagai oleh-oleh yang paling enak dan hanya ada di Batusangkar sejak satu abad silam.

Dakak-dakak banyak ditemui di sepanjang jalan Padang Panjang menuju Batusangkar tepatnya daerah Simabur. Hampir setiap masyarakat setempat dapat membuat makanan dari ubi ini. Mereka mendapat keterampilan ini secara turun-menurun dari orang-orang tua mereka.(JUM)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini