Sukses

SBY: Ada Lima Hal yang Perlu Dibahas

Dalam pidato pembukaan KTT ASEAN ke-19, Kamis (17/11) pagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan lima hal pokok yang perlu dibahas pada rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait lain.

Liputan6.com, Nusa Dua: Dalam pidato pembukaan KTT ASEAN ke-19, Kamis (17/11) pagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  menekankan lima hal pokok yang perlu dibahas pada rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait lain.

Pertama, "Kita perlu melakukan langkah-langkah konkrit guna memperkuat ketiga pilar Komunitas ASEAN.  Kita harus memastikan tercapainya seluruh Rencana Aksi di ketiga pilar tersebut secara seimbang dan saling mengisi, sebelum 2015," kata SBY.

Pembangunan Komunitas ASEAN harus terus melibatkan segenap pemangku kepentingan di kawasan.  ASEAN harus menjadi komunitas yang people-oriented, people-centered, dan people-driven.  Mereduksi makna komunitas ASEAN dengan cara menjadikan asosiasi ini sebagai urusan pemerintahan negara-negara anggota semata, ataupun hanya menitik beratkan pada kerjasama ekonomi, sungguhpun itu penting, adalah keliru.

Kedua, perlunya memperkuat pertumbuhan ekonomi di kawasan. Melalui pertumbuhan tersebut, "Kawasan kita akan lebih tahan (resilient), terhadap volatilitas perekonomian global.  Lebih dari itu, daya tahan tersebut akan membuat kita mampu menjadi bagian dari solusi, atas krisis keuangan dan ekonomi dunia saat ini.  Kita juga akan mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi global yang kuat, serta mampu membuat perekonomian global makin berimbang (more balanced global economy)," ujar SBY.

Ketiga, menurut SBY, "Kita perlu mengambil peran utama dalam menata arsitektur kerja sama kawasan yang lebih efisien dan efektif." ASEAN harus mampu mempertahankan sentralitas dan kepemimpinannya, dalam berinter-aksi dengan mitra wicara, dan dalam kesertaan ASEAN di forum-forum intra kawasan.

Kerja sama dengan para mitra ASEAN telah dikembangkan melalui mekanisme ASEAN Plus One, ASEAN Plus Tiga, ASEAN Defense Ministerial Meeting Plus, dan ASEAN Regional Forum,  maupun mekanisme-mekanisme lain.

Sementara itu, dalam pembentukan arsitektur kawasan melalui kerangka East Asian Summit, ASEAN perlu mengidentifikasi prinsip-prinsip bersama, yang memandu hubungan seluruh negara peserta EAS. Melalui prinsip-prinsip itulah tata hubungan yang damai dan bersahabat tidak lagi terbatas pada Asia Tenggara, tetapi juga bagi negara-negara pelaku utama di kawasan Asia Timur ini.

Keempat, perlunya menjaga stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. ASEAN harus senantiasa bertindak proaktif memfasilitasi dan melibatkan diri dalam penyelesaian berbagai “residual issues”, yang selama ini menjadi faktor penghambat akselerasi kerja sama ASEAN. SBY menyatakan, "Dalam masa Keketuaan Indonesia, ASEAN memfasilitasi dialog damai masalah perbatasan antara Kamboja dan Thailand.  Ke depan, kita harus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan ASEAN dalam resolusi konflik."

SBY menambahkan, ASEAN juga mampu  membangun comfort zones bagi banyak negara, untuk berdialog mengenai isu-isu yang pelik. Sebagai ilustrasi, di sela-sela pertemuan ARF pada Juli lalu, telah berlangsung pembicaraan antara dua negara bersaudara, Korea Utara dan Korea Selatan.

Selain itu, kesepakatan Guidelines on the Implementation of the Declaration on the Conduct of the Parties in the South China Sea antara ASEAN dan RRT, telah menumbuhkan optimisme dalam melihat permasalahan di Laut Cina Selatan. "Upaya kita meraih perdamaian dan stabilitas kawasan semakin maju, dengan penerimaan negara-negara pemilik senjata nuklir terhadap kerangka kerjasama Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ) Kelima, dengan melakukan keempat langkah yang saya sebutkan tadi secara bersamaan, maka kita akan memperkuat peran ASEAN secara global," ujar SBY.

Kelima, dengan melakukan keempat langkah yang saya sebutkan tadi secara bersamaan,  ASEAN bisa memperkuat peran secara global. Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling kait-mengait, ASEAN sejatinya harus menjadi yang terdepan dalam mengatasi berbagai tantangan yang mencuat.  ASEAN tidak boleh hanya menjadi penonton pasif, yang rentan menjadi korban permasalahan di belahan dunia lain.(YUS)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.