Sukses

Tipu Daya Jajanan Pasar

Kue tradisional Indonesia memiliki rasa yang begitu khas dengan bentuk beragam di tiap daerah. Tapi hati-hati ada pembuat kue tradisional yang menggunakan bahan berbahaya sebagai campuran pembuatannya.

Liputan6.com, Jakarta: Di salah satu pasar kue tradisional di Pulau Jawa. Komunikasi dua arah antara pembeli dan pedagang lumayan menyemarakkan suasana pasar. Hangat dan secerah warna kue yang bertebaran di sana.

Itu baru bicara warnanya saja. Bentuknya yang beraneka ragam juga menjadi magnet bagi calon pembeli. Soal rasa tergantung selera, suka yang manis, asin, sepet, atau rasa lainnya tinggal dipilih. Tak sabar rasanya membayangkan kue-kue itu lumer didalam mulut dan terasa kelezatannya.

Soal harga benar-benar kompetitif alias terjangkau kantong. Dengan harga rata-rata seribu rupiah, kenikmatan kue tradisional bisa anda jajal.

Pasar ini didirikan sudah cukup lama. Pelanggannya pun tak terhitung jumlahnya. Bukan hanya warga sekitar yang berlangganan, tapi serbuan pengunjung juga berasal dari daerah lainnya. Tujuannya satu berburu kuliner jenis kue tradisional. Keuntungan yang diperoleh para pedagang pun cukup dahsyat.

Jika bicara soal puas dapat rezeki rasanya tak ada batasan puas. Tinggal cara meraup hasilnya saja main jujur atau curang pilihannya. Ternyata sebagian pedagang mencoba berbuat curang untuk meraup keuntungan yang lebih dari sewajarnya.

Ada pembuat kue tradisional yang menggunakan bahan berbahaya sebagai campuran pembuatannya. Sebut saja namanya Tarmi. Ia memulai tour dengan mengajak kami ke pasar terdekat, tempat biasa ia menjual kue-kuenya ke salah satu pedagang.

Kedatangan Tarmi memang sudah ditunggu. Kelihatannya ia sudah menjadi pemasok tetap di pasar itu. Bentuknya yang menggiurkan ditambah harga relatif murah, rata-rata lima ratus rupiah, membuat kue produksi Tarmi laris.
 Kue itu pun diuji kandungan bahannya. Kecurigaan mengarah pada pewarna dan pemanis buatan non-pangan. Beberapa tahap pengujian dilakukan dan hasilnya cukup mengejutkan.

Berdasarkan hasil uji sample tersebut, Tarmi mengajak ke sebuah warung tempat biasa membeli bahan baku yang dibutuhkan. Bahan-bahan kue dipesan juga pewarna. Yang mengejutkan pewarna dengan kemasan kecil cuma dihargai Rp 250. Tarmi juga meminta pemanis buatan alias gula biang.

Setelah semua bahan siap tinggal proses pembuatan. Dadar gulung menjadi yang pertama. Racikan adonan kulit dadar yang terdiri dari terigu, telur, aroma vanili, dan air dibuat, serta tak ketinggalan pewarna andalan. Pewarna kertas digunakan untuk mengakali modal pembelian.

Fakta menarik didapat. Ternyata sebagian pembuat kue mengetahui bahaya penggunaan pewarna buatan non-pangan. Meski begitu tetap saja mereka gunakan.

Sample pewarna yang diperoleh dari Tarmi kemudian dibawa ke Badan POM setempat. Jelas dari kemasannya tertera pewarna tersebut bukan untuk makanan. Uji secara sederhana langsung terlihat warna yang dihasilkan begitu pekat.
 
Namun tidak semua penjual berbuat curang. Masih ada pembuat kue tradisional yang jujur. Seperti Nur. Lima tahun sudah ia menekuni pembuatan kue tradisional. Dan selama itu juga ia selalu menjaga kualitas kue buatannya. Dan ternyata keuntungan yang diperoleh cukup lumayan.

Kue tradisional Indonesia memiliki rasa yang begitu khas dengan bentuk beragam di tiap daerah. Pemerintah saat ini telah mencanangkan gerakan cinta makanan tradisional. Itu karena saat ini makanan modern ala junk food yang dipertanyakan secara kesehatan mulai merangkul masyarakat khususnya kaum muda.

Lalu bagaimana memilih kue tradisonal yang aman bagi kesehatan? Pertama, secara tampilan pilihlah kue dengan warna yang tidak mencolok meski memang mau membeli dengan tampilan tersebut. Kemudian tanyakan ke penjualnya bahan pewarna apa yang digunakan.

Kedua secara rasa biasanya jika menggunakan pemanis buatan rasanya akan manis sekali dan mengakibatkan tenggorokan sakit. Ketiga secara kekenyalan, hati-hati jika terlalu kenyal lantaran biasanya bahan pengembang dan pengawet berlebihan digunakan.(IAN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.