Sukses

Letjen Ryamizard Ryacudu Menemui Jenderal Endriartono Sutarto

Letjen TNI Ryamizard Ryacudu enggan berkomentar soal pengangkatannya sebagai KSAD menggantikan Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Sebagai KSAD, Ryamizard berhak mendapatkan bintang empat.

Liputan6.com, Jakarta: Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menemui Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Endriartono Sutarto di Markas Besar AD di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (3/6) siang. Kedatangan Ryamizard ini berkaitan dengan pengangkatan dirinya sebagai KSAD menggantikan Endriartono. Namun, lelaki kelahiran Palembang, Sumatra Selatan, 52 tahun silam ini enggan berkomentar dan langsung meninggalkan Mabes AD saat wartawan berusaha mencegatnya.

Karir Ryam-- demikian dia sering disapa-- lebih banyak dihabiskan dengan memimpin pasukan di lapangan. Hal itu memang cocok dengan karakter sulung dari sembilan bersaudara yang dikenal lugas dan tegas. Selama 25 tahun menjadi prajurit, Ryam menghabiskan 16 tahun di antaranya di daerah operasi.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Akademi Angkatan Bersenjata RI pada 1974, Ryam ditarik menjadi Komandan Peleton Komando Daerah Militer XII Tanjungpura. Di daerah militer yang sama, menantu mantan Wakil Presiden Try Soetrisno ini kemudian menjabat sebagai Komandan Kompi yang tak lama kemudian dipercaya sebagai Komandan Batalyon. Selama bertugas di daerah itu, Ryam sempat bertugas di daerah operasi Kalimantan dan Timor Timur.

Karir sebagai serdadu lapangan sempat terhenti dua kali. Yaitu ketika dia mengikuti pendidikan di Sekolah Calon Perwira pada 1985-1986 dan saat menyelesaikan studinya di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat selama setahun sejak 1990. Selebihnya, Ryam selalu memimpin pasukan di lapangan.

Selain Panglima Besar Jenderal Soedirman, karakter Ryam sebagai orang lapangan ini memang banyak terpengaruhi oleh ayahnya, yang juga militer. Sekedar untuk diketahui, selain sempat jadi Komandan Operasi Dwikora, Mayor Jenderal Ryacudu, ayah Ryam, adalah Panglima Kodam Tanjungpura. Seperti ayahnya, Ryam adalah prajurit yang paling tidak suka berpolitik. Perwira yang dekat dengan prajuritnya ini berpendapat, sebagai prajurit dia sudah berpolitik untuk negara. Politik ABRI adalah politik negara menjadi prinsip yang dipegangnya.

Kiprah lapangan pria yang mengaku besar di Jakarta ini juga tak hanya di dalam negeri. Ayah tiga anak ini sempat menjadi Komandan Kontingen Indonesia ke Kamboja. Suami Nora Trystiana itu dinilai sukses memimpin pasukan Indonesia itu di sana. Bukan hanya oleh kalangan militer dalam negeri, tapi juga para diplomat internasional. Betapa tidak, pria bersorot tajam ini berhasil membebaskan enam perwira dari berbagai negara, termasuk Inggris dan Selandia Baru yang disandera pasukan Khmer Merah--pemberontak di Kamboja. Padahal, upaya para diplomat Amerikat Serikat selalu gagal.

Sepulangnya dari Kamboja, Ryam langsung menjadi Asisten Operasi Pangdam Wirabuana. Tak lama kemudian, dia memangku jabatan Komandan Rayon Militer 044 Garuda Dempo di Kodam II Sriwijaya. Setelah itu, Ryam ditunjuk sebagai Kepala Staf Divisi Infanteri II Kostrad di Malang, Jawa Timur. Selanjutnya berturut-turut Ryam ditunjuk sebagai Kepala Staf Kostrad, Pangdam Brawijaya, Pangdam Jaya, dan terakhir sebagai Pangkostrad sejak dua tahun silam.

Kepada bawahannya Ryam selalu menekankan agar bersikap profesional dengan terus berlatih, termasuk meninjau langsung prajuritnya ke daerah penugasan. Selasa besok, Ryam akan dilantik menjadi KSAD. Dengan demikian, dia berhak menyandang bintang empat dipundaknya [baca: Letjen Ryamizard Ryacudu KSAD Baru].(ZAQ/Imelda Sari dan Doni Indradi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini