Sukses

Renyahnya Kerupuk Berpemutih

Berburu makanan saat liburan Lebaran pastilah menyenangkan. Namun waspadalah ada sejumlah makanan yang tak layak dikonsumsi karena dicurigai mengandung bahan kimia bukan untuk makanan.

Liputan6.com, Jakarta: Lebaran adalah momen bahagia utamanya untuk umat muslim. Saling berkunjung, bersilaturahmi ke sanak saudara, kerabat, teman dan tetangga jadi bagian tak terpisahkan. Tapi ada juga yang menghabiskan waktu berlibur ke tempat-tempat wisata. Dan tentu saja tak ketinggalan menikmati jajanan kuliner khas daerah wisata.

Kegembiraan bepergian dan makan bersama keluarga bisa jadi titik lengah dan kurang waspada. Makanan yang kita santap terkadang tak lagi kita teliti kebersihannya dan kemungkinan lain mengandung bahan kimia berbahaya. Informasi berharga itu diperoleh Tim Sigi dari sejumlah sumber di Jawa Tengah.

Ternyata kabar itu bukanlah isapan jempol belaka. Seorang informan dengan yakin memandu perjalanan menuju rumah peracik kerupuk kulit yang dipercaya menjual kerupuk dengan formula yang membahayakan kesehatan.

Setelah bernegosiasi pembuat kerupuk kulit sepakat menunjukkan cara pembuatan kerupuk. Tak punya dapur khusus si pembuat kerupuk kulit mempersiapkan bahan yang dibutuhkan untuk menyulap kulit sapi menjadi kerupuk kulit yang renyah. Ternyata kulit sapi yang jadi bahan utama sudah tak layak pakai.

Seluruh bahan yang dibutuhkan telah siap. Kulit lawas, minyak goreng, dan campuran racikan pamungkas cairan hidrogen peroksida atau yang dikenal dengan pemutih dan tawas.

Kini kerupuk kulit siap dibuat. Pertama, kulit-kulit busuk ini direndam dalam campuran hidrogen peroxida dengan tawas selama kurang lebih satu sampai dua jam. Intinya sampai kotoran di kulit terangkat bersih. Setelah itu dikeringkan dengan cara dijemur. Bentuk dan warna kerupuk yang menggugah selera pun didapat. Simpel sekali.
 
Penggunaan cairan pemutih dan tawas bukan tanpa alasan. Bahan-bahan ini sangat berguna agar kulit yang sudah tidak layak pakai tadi, bisa disulap jadi terlihat sangat layak untuk bahan baku kerupuk.

Untuk mengantisipasi harga kulit yang mahal mereka berburu kulit dengan kualitas buruk untuk mendapatkan harga kompetitif. Namun risiko dibalik pembuatan kerupuk kulit dengan campuran pemutih dan tawas ini, sesungguhnya cukup besar pengaruhnya bagi kesehatan.

Potret atau fenomena pembuatan kerupuk dengan campuran bahan kimia berbahaya ternyata juga ada di lokasi lain. Tempatnya di pinggiran sebuah kota yang tak jauh dari lokasi pembuatan kerupuk kulit tadi.

Jenisnya berbeda, yaitu kerupuk lempeng berbahan dasar tepung tapioka. Sang peracik kerupuk tak segan segan menunjukkan bahan kimia berbahaya bukan untuk makanan, yaitu bleng sebagai formula andalan untuk mengenyalkan bahan dasar kerupuk.

Tepung tapioka plus tepung terigu dicampur air diaduk manual dengan tangan lalu ditambahkan bumbu penyedap serta bleng sebagai pengenyal. Seluruh bahan baku ini dimasukkan plastik lalu direbus selama kurang lebih 15 menit. Dan, bahan kerupuk lempeng matang sempurna kekenyalannya sehingga memudahkan kerupuk dipotong tipis.

Mmmhhh...terlihat sangat renyah dan gurih dan sangat mneggoda selera terutama para penyuka kerupuk. Tapi ingat bleng adalah bahan kimia berbahaya bukan untuk makanan. Jika dikonsumsi manusia dalam jangka waktu lama bisa berbahaya karena dapat memicu kanker.

Uji laboratorium terhadap penggunaan bleng pada kerupuk lempeng coba dilakukan. Hasilnya kerupuk tersebut positif mengandung boraks yang jelas-jelas berbahaya bagi kesehatan.
 
Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks Biasanya digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan pengontrol hama seperti kecoak.

Kerupuk kulit atau yang juga dikenal dengan sebutan krecek begitu digemari masyarakat. Beragam menu masakan bisa diciptakan dengan bahan kerupuk kulit ini. Inilah sebabnya pedagang semacam itu mampu berjualan kerupuk kulit selama bertahun-tahun, meski mereka menjual kerupuk kulit berpemutih.
 
Cairan pemutih atau juga dikenal dengan hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat. Biasanya digunakan sebagai pemutih, disinfektan dan juga sebagai bahan dasar roket.(IAN)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini