Sukses

BI: Gejolak Keuangan Dunia Kecil Pengaruhnya

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan gejolak keuangan dunia terutama di pasar saham belakangan ini tidak akan berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. Termasuk pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6,6 persen sampai akhir tahun.

Liputan6.com, Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan gejolak keuangan dunia terutama di pasar saham belakangan ini tidak akan berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. Termasuk pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6,6 persen sampai akhir tahun.

"Kami melihat tentu saja kalau dinamika ini tidak berkepanjangan bergejolak terus, kita melihat semua yang akan berjalan tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap perekonomian kita," kata Darmin di Jakarta, Rabu (10/8).

Menurutnya, dalam kesepakatan protokol krisis ekonomi dengan Kementerian Keuangan kondisi sekarang juga masih jauh dari gejala krisis di Indonesia karena hanya indikator indeks saham yang bermasalah, sementara indikator lain seperti kurs rupiah, nilai SUN dan capital outflows masih baik.

"Sekarang kan yang banyak terkena indeks harga saham. Kurs rupiah walaupun bergerak kita coba kendalikan terus supaya volatilitasnya tidak terlalu besar sehingga kita secara umum masih di daerah lampu hijau," katanya.

Untuk capital outflow, Darmin juga mengatakan meski ada, tetapi jumlahnya masih dalam batas normal dan tidak sampai mengganggu perekonomian nasional.

Menghadapi gejolak keuangan dunia akibat penurunan rating obligasi jangka panjang AS, Darmin mengatakan BI sudah melakukan berbagai tindakan yang merupakan kebijakan rutin Bank Indonesia sehari-hari.

"Itu kerjaan sehari-hari kita. Kita ikuti dengan cermat, sambil menyiapkan langkah-langkah yang perlu kita ambil. Kita punya langkah-langkah antisipatif kalau gejolak ini semakin berat seperti crisis protocol bersama-sama Menkeu," katanya.

Darmin menjelaskan bahwa perkembangan ekonomi di AS menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi negara itu masih akan berlangsung lama sehingga menimbulkan tanda-tanda AS akan menurunkan tingkat suku bunganya untuk mendorong perekonomian.

Dengan kondisi itu, lanjutnya banyak yang menduga AS akan kembali menerbitkan dolar AS dalam jumlah besar atau quantitative easing yang bisa berdampak terhadap peningkatan capital inflows ke Indonesia.

"Capital inflows akan masuk terus sampai recovery AS dipercaya sebagai basis perbaikan terus menerus," katanya.(ANT/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini