Sukses

Liya Togo Akan Jadi Cagar Budaya Dunia

Di dalam benteng itu terdapat masjid tua yang diberi nama Masjid Liya Togo. Konon, masjid di dalam benteng itu menjadi pusat penyebaran Agama Islam pertama di Kepulauan Tukang Besi (sekarang Wakatobi).

Liputan6.com, Kendari: Benteng Liya Togo yang terletak di Desa Liya Raya, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, akan ditetapkan jadi Cagar Budaya Dunia oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemennudpar) RI. "Saat ini Benteng Liya Togo dalam proses pemugaran dengan menggunakan dana dari Kemenbudpar senilai Rp 1,5 miliar," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi Tawakal di Kendari, baru-baru ini.

Menurut Tawakal, Kemenbudpar menjadikan Benteng Liya Togo sebagai Cagar Budaya Dunia karena memiliki keunikan yang sulit dijumpai di belahan dunia mana pun. Konstruksi benteng yang tersusun atas batu-batu tanpa menggunakan perekat semen merupakan keunikan tersendiri dari benteng peninggalan Kesultanan Buton itu.

"Konstruksi benteng Liya Togo, mirip dengan bangunan Benteng Keraton Buton yang ada di Kota Baubau, karena memang daerah Wakatobi pernah menjadi wilayah admistrasi kekuasaan Kesultanan Buton," katanya. Menurut Tawakal, Benteng Liya Togo yang tersusun dari batu-batu itu dibangun di atas lahan seluas 30 hektare lebih.

Di dalam benteng itu terdapat masjid tua yang diberi nama Masjid Liya Togo. "Konon, masjid di dalam benteng itu menjadi pusat penyebaran Agama Islam pertama di Kepulauan Tukang Besi (sekarang Wakatobi-red) dan sekitarnya," katanya.

Tawakal mengatakan, pekerjaan pemugaran benteng tersebut direncanakan selesai sebelum acara puncak pembukaan kegiatan Sail Wakatobi Belitong di Pantai Desa Sombu, Kecamatan Wangi-wangi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Mendahului penetapan itu, akan digelar Seminar Internasional tentang tradisi lisan yang rencananya dipusatkan di Liya Togo," katanya.

Menyambut pembukaan Sail Wakatobi Belitong, kata Tawakal, pihaknya juga mempersiapkan berbagai atraksi budaya daerah Wakatobi seperti Kabuenga, Karia, Bangka Mbule-mbule dan sejumlah tarian tradisional setempat. "Tradisi Kabuenga (ajang muda mudi mencari jodoh), Karia (cara mengislamkan perempuan Wakatobi) dan Bangka (Mbule-mbule (melarung sesajen di tengah laut) sudah masuk dalam kalender Pariwisata Nasional yang digelar setiap bulan Agustus," katanya.(Ant/ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.