Sukses

Garda Republik Latihan Perang Rudal

Pasukan elite Garda Republik Iran akan melakukan latihan militer, Senin (27/6), dengan tembakan rudal-rudal balistik yang berbeda-beda jarak tembaknya.

Liputan6.com, Teheran: Pasukan elite Garda Republik Iran akan menggelar latihan militer, Senin (27/6), dengan tembakan beberapa peluru kendali atau rudal balistik yang berbeda-beda jarak tembaknya. Demikian dilansir kantor berita negara IRNA seperti dikutip AFP.

Komandan Garda Republik Jenderal Ami Ali Hadjizadeh membenarkan latihan bersandi Great Prophet-6 akan dimulai hari ini. Namun, ia tidak menyebutkan secara khusus lamanya manuver itu akan berlangsung. "Rudal-rudal jarak pendek, sedang dan jauh akan ditembakkan, pada khususnya rudal-rudal Khalij-Fars, Sejil, Fateh, Ghiam, serta Shahab-i dan Shahab-2," ia memerinci.

Sang jenderal, yang pasukannya melakukan latihan perang setiap tahun di kawasan Teluk Persia, mengatakan bahwa latihan terakhir itu sebagai pesan perdamaian dan persahabatan pada negara-negara di kawasan itu.

Pada akhir Mei silam, Iran mengatakan negara itu telah memperlengkapi Garda Revolusi dengan rudal darat ke darat, Qiam-1, yang merupakan buatan dalam negeri dan telah diuji coba pada Agustus tahun lalu.

Iran mengatakan mereka memiliki serangkaian rudal, dan beberapa dari rudal itu mampu menyerang sasaran di dalam negeri Israel dan juga pangkalan-pangkalan Amerika Serikat di Timur Tengah.

Republik Islam itu secara tetap menonjolkan mengenai rudal-rudal yang dikembangkannya, yang memiliki jarak tembak dan kemampuan substansial, tapi para pakar militer Barat menyampaikan keraguan mereka mengenai klaimnya itu.

Program rudal Iran berada di bawah kendali Garda Revolusi. Program ruang angkasa dan rudalnya telah menimbulkan keprihatinan di Barat. Negara-negara Barat mengkhawatirkan Teheran mengembangkan kemampuan balistik untuk meluncurkan senjata bertenaga nuklir. Mereka menduga Iran ingin mengembangkan persenjataan nuklirnya dengan samaran program atom sipilnya.

Iran, yang sedang mendapat tekanan untuk segera kembali ke pembicaraan nuklir dengan enam negara--AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman--dengan cepat membantah tuduhan Barat itu. Mereka menegaskan, program nuklir dan ruang angkasanya tidak memiliki tujuan militer.(ANS/Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini