Sukses

6 Hal Menakjubkan Saat Hari Tanpa Bayangan Terjadi di Indonesia

Wilayah Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan pada Rabu 21 Maret 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Wilayah Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan pada Rabu 21 Maret 2018. Pada hari itu akan terjadi perubahan cuaca di Indonesia.

Berikut ini fakta-fakta menakjubkan yang akan terjadi saat hari tanpa bayangan melanda Indonesia:

1. Matahari di Atas Kepala

Saat hari tanpa bayangan terjadi, seseorang yang berada di wilayah khatulistiwa akan merasakan Matahari berada hampir tepat di atas kepala pada waktu tengah hari.

Kejadian ini akan mengakibatkan tidak adanya bayangan. Istilahnya adalah hari nirbayangan atau hari tanpa bayangan.

"Peristiwa ini terjadi karena Bumi beredar mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari. Garis edar Bumi berbentuk agak lonjong, sehingga Bumi kadang bergerak lebih cepat dan kadang bergerak lebih lambat," demikian pernyataan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lembaga Penerangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jasyanto, dalam keterangan tertulisnya, Rabu 14 Maret.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

2. Matahari Lebih Terik

Menurut keterangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pada 21 Maret Matahari berada tepat di atas garis ekuator (khatulistiwa). Dampaknya akan memberikan suhu yang lebih panas di siang hari.

"Nanti Matahari pasti akan melintas di atas kepala. Dampaknya akan memberikan Solstice (titik balik Matahari). Matahari pasti akan lebih terik pada periode tersebut," ungkap peneliti Pusat Sains Antariksa, Rhorom Priyatikanto kepada Liputan6.com, Minggu (18/3/2018).

Solstice adalah titik balik Matahari ketika Matahari berada di titik paling utara atau paling selatan. Solstice, dengan demikian, juga bisa dibilang sebagai penanda puncak musim dingin atau panas.

 

3 dari 5 halaman

3. Terjadi di Wilayah Tertentu

Tidak semua wilayah di Indonesia akan kehilangan bayangan pada 21 Maret nanti. Pasalnya, Matahari akan ada di garis khatulistiwa dan tentu cuma beberapa tempat di Indonesia yang dilewati garis tersebut.

Jasyanto menjelaskan, peristiwa tersebut bisa terjadi lantaran Bumi mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dalam periode 365 hari. Garis edar Bumi yang berbentuk lonjong, membuatnya bergerak lebih cepat dan kadang bisa bergerak lebih lambat.

Sementara, bidang edar dari Bumi disebut sebagai bidang ekliptika. Bidangnya miring 23,4 derajat ke bidang ekuator.

Dengan demikian, Matahari akan tampak di atas belahan Bumi selatan selama sekitar setengah tahun, dan akan berada di atas belahan Bumi selatan dalam setengah tahun sisanya.

Wilayah ekuator Indonesia misalnya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Matahari nanti akan berada di atas kepala di siang hari, sehingga tugu tegak akan jelas terlihat tanpa bayangan.

 

4 dari 5 halaman

4. Terjadi 2 Kali Setahun

Indonesia yang terletak di garis ekuator akan mengalami kejadian ini dua kali dalam setahun. Peristiwa berikutnya terjadi pada 23 September 2018.

"Peristiwa ini disebut hari nirbayangan atau Hari Tanpa Bayangan. Kejadiannya bisa dua kali setahun. Kalau tahun ini 21 Maret dan 23 September 2018," ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat LAPAN Jasyanto.

5. Terjadi Perubahan Musim

Pada 21 Maret ini, hari tanpa bayangan akan menandakan perubahan musim di Indonesia.

"Perubahan posisi tampak Matahari ini menyebabkan perubahan musim, misalnya empat musim di wilayah subtropis dan musim kering-basah di Indonesia," kata Jasyanto.

 

 

5 dari 5 halaman

6. Siang dan Malam Berlangsung 12 Jam

LAPAN mengungkap, pada 20 Maret 2018 nanti, tepatnya pukul 23.15, Matahari akan berada di atas ekuator.

Secara ilmiah, peristiwa tersebut disebut dengan julukan Vernal Equinox (vernus yang artinya musim semi, equus yang artinya sama, dan noct yang artinya malam). Pada hari itu, durasi siang dan malam di seluruh dunia akan berlangsung sama, yakni 12 jam.

Dan pada 21 Maret 2018, Matahari akan mencapai titik puncak pada pukul 11.50 WIB. Titik tersebut dinamai titik kulminasi.

Setelahnya, Matahari akan turun hingga terbenam di titik berat pada enam jam kemudian. Jasyanto meyakini, peristiwa ini akan kembali terjadi pada Autumnal Equinox pada 23 September 2018.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.