Sukses

Stasiun Antariksa 8,5 Ton Jatuh ke Bumi April Nanti, di Mana Lokasinya?

Benda berbobot 8,5 ton itu berbentuk tabung dengan panjang 10,4 meter berdiameter 3,4 meter, dilengkapi dengan bentangan panel surya.

Liputan6.com, Jakarta - Stasiun antariksa milik RRT Tiangong-1 akan segera jatuh ke bumi. Wahana antariksa berbobot 8,5 ton itu berbentuk tabung dengan panjang 10,4 meter berdiameter 3,4 meter, dilengkapi dengan bentangan panel surya.

"Tiangong-1 diluncurkan pada 29 September 2011 dan mengorbit pada ketinggian sekitar 350 km. Pada periode 2012-2013, Tiangong-1 pernah ditempati astronot RRT. Ketinggian orbitnya selalu dikontrol, terlihat dari riwayat orbitnya," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin dalam blognya yang dikutip Liputan6.com, Jakarta, Minggu (18/3/2018).

Namun sejak 2016, lanjut dia, Stasiun antariksa Tiangong-1 sudah tidak dikontrol lagi dan mulai turun orbitnya. Akibat hambatan atmosfer, wahana antariksa akan mengalami penurunan ketinggian. Dari ketinggian semula sekitar 350 km, pada pertengahan Maret ketinggiannya sudah mencapai 250 km.

Semakin mendekati bumi, atmosfernya makin padat sehingga laju penurunan akan semakin cepat. Bila ketinggiannya telah mencapai sekitar 120 km, wahana itu sudah dianggap jatuh. Pada ketinggian itu, atmosfer cukup padat untuk membakar dan memecahkan objek tersebut.

"Hanya dalam hitungan menit, pecahannya akan jatuh di sepanjang jalurnya," ucap dia.

Untuk kecepatan jatuh objek antariksa bergantung pada kerapatan atmosfer. Sementara, kerapatan atmosfer dipengaruhi aktivitas matahari dan medan magnet bumi. Variasi aktivitas matahari yang menyebabkan rentang ketidakpastian waktu jatuhnya cukup besar.

"Tingkat akurasinya akan bertambah dengan makin dekatnya waktu jatuh. Sampai dengan pertengahan Maret, prakiraan waktu jatuh sekitar April 2018," ujar dia.

Di mana jatuhnya stasiun antariksa tersebut? Thomas tidak bisa memastikan lokasinya. Ini karena faktor hambatan atmosfer belum bisa dihitung secara akurat. Karena inklinasi (kemiringan bidang orbit) Tiangong-1 42,8 derajat, maka wilayah yang berpotensi kejatuhan pecahannya adalah wilayah di bumi antara 43 derajat lintang utara sampai 43 derajat lintang selatan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Seberapa Bahaya

Seberapa bahayanya pecahan Tiangong-1 ini? Dia menjelaskan objek 8,5 ton akan pecah di atmosfer. Sebagian besar akan terbakar. Pecahannya akan tersebar puluhan atau ratusan kilometer sepanjang jalur orbit terakhir.

"Bahaya yang mengancam adalah bahaya tumbukan dan potensi bahaya racun dari sisa bahan bakar roket Hydrazine (bila masih ada di tabungnya). Namun potensi bahaya tumbukan di wilayah berpenghuni sangat kecil, karena wilayah bumi sebagian besar tidak berpenghuni, yaitu lautan, hutan, dan gurun," ujar dia.

Jadi masyarakat tidak perlu cemas, namun tetap waspada. Kewaspadaan perlu ketika pada hari saat kejatuhan objek antariksa tersebut, ada warga melihat benda jatuh dari langit agar jangan menyentuhnya.

"Langsung laporkan kepada aparat setempat untuk diteruskan ke LAPAN. LAPAN segara akan akan mengirimkan Tim untuk evakuasi objek antariksa tersebut dan melakukan tindakan yang tepat bila ada potensi bahayanya," pinta Thomas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.