Sukses

Awas Cemilan Berpewarna Tekstil

Cukup banyak jajanan atau cemilan yang tak sehat jika dikonsumsi karena mengandung zat berbahaya. Salah satu yang didapat tim investigasi SIGI adalah roti selai dengan pewarna tekstil di kawasan Jawa Barat.

Liputan6.com, Jakarta: Berburu jajanan. Itulah aktivitas yang paling banyak menyedot minat anak-anak sekolah saat istirahat atau pulang sekolah. Ya, jajanan telah menjadi keseharian mereka. Kadang makanan utama pun lolos dari ingatan sebab terbius dengan menariknya beragam cita rasa jajanan.

Warna mencolok, harga murah, dan kerapkali rasanya enak dari pengalaman beberapa kali mencicipi jadi daya tarik yang membuat kita tak tahan untuk merogoh kocek membeli jajanan. Nah, kebutuhan jajan atau ngemil ini selain di sekolah-sekolah juga bisa Anda dapatkan di pasar, terminal, dan di sudut-sudut keramaian.

Bicara soal sasaran pedagang jajanan, tentu saja mayoritas anak-anak yang jadi target. Justru ini yang paling riskan. Sebab, anak-anak tak sadar dan belum mengerti apakah cemilan yang mereka makan sehat serta aman untuk dimakan.

Berangkat dari kecurigaan jajanan yang beredar tak layak konsumsi, razia dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM serta kantor Wali Kota Depok. Tak pelak, pedagang jajanan di lingkungan sekolah ketar-ketir. Namun, mereka hanya bisa pasrah. Beberapa jajanan itu diduga mengandung bahan tambahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.

Cemilan yang dicurigai mengandung zat berbahaya bagi tubuh disampling dan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa BPOM. Benar saja, setelah lewat pemrosesan lab hasilnya salah satu bahan kimia berbahaya ditambahkan pada makanan, yaitu pewarna tekstil. Nama kimianya Rhodamin B dan Metahnil Tellow. Salah satu ciri makanan yang mengandung bahan kimia ini yaoti warnanya terlihat mencolok.

Sejumlah pedagang jajanan mungkin hanya berpikir bagaimana agar jajanan yang dijualnya menarik perhatian pembeli. Penambahan pewarna menjadi salah satu upaya yang dilakukan. Padahal jika dikonsumsi dalam waktu lama akan sangat membahayakan kesehatan. Tak hanya sebabkan gangguan perut jika konsumsi berlebihan, tapi ada bahaya lain mengintai.

Sebaran jajanan yang mengandung zat kimia berbahaya ternyata tidak hanya dikota besar. Jari teluntuk narasumber Sigi mengarah ke sebuah kabupaten di kawasan Jawa Barat. Untuk membuktikan, tim investigasi Sigi pun mendatangi sebuah kampung yang dikenal sebagai tempat pembuatan roti selai.

Seorang dedengkot pembuat selai roti rumahan, sebut saja Anah, bersedia kami jumpai. Roti selai dibuat masih menggunakan cara tradisional. Bahan baku yang diperlukan, seperti tepung terigu, telur, mentega, serta gula pasir bisa didapat dengan mudah di pasar. Bahan bahan tadi hanya untuk membuat roti. Masih ada bahan lainnya yang dibeli untuk pembuatan selai roti, yaitu nanas busuk sebagai bahan dasar pembuatan selai.

Buah nanas busuk itu dibersihkan dan dipotong menjadi empat bagian. Setelah itu, nanas diparut hingga halus. Proses ini guna  mengurangi kadar air sekaligus mendapatkan nanas yang benar-benar kering. Selanjutnya, dicampur pemanis buatan juga benzoat. Tujuannya agar selai tahan lama.

Kedua, barulah selai tadi dimasukan ke dalam panci untuk dipanaskan kurang lebih setengah jam. Proses selanjutnya si pembuat roti selai mulai menyerempet bahaya. Ia menggunakan zat pewarna pakaian untuk mendapatkan hasil dengan tampilan warna yang. menggiurkan.

Dari proses pembuatan, nampak jelas pembuat roti selai sadar penganan yang mereka buat menggunakan bahan kimia. Namun, sulit memastikan pengetahuan mereka soal dampak buruk jangka panjang yang diakibatkan dari mengonsumsi produksi mereka itu.

Setelah melalui beberapa tahap, roti selai dimasukan ke oven dengan suhu tertentu hingga matang. Agar hasil roti selai lebih sempurna, adonan ditambah pemanis tambahan.

Roti selai siap dikemas. Satu per satu roti selai yang sudah jadi dibungkus plastik tanpa merek siap dipasarkan. Sasarannya, warung-warung dan tukang kue keliling. Harga murah menjadi daya tarik utama pelanggannya. Mendapat roti selai seharga Rp 800 per buahnya dari penjual, ia membandrol Rp 1.000. Baik pedagang warung maupun konsumen buta sama sekali soal roti yang mereka dibelinya mengandung bahan kimia berbahaya.

Untuk memastikan roti selai itu layak dikonsumsi atau tidak, tim investigasi Sigi membawa sampling roti ke laboraturium Dinas Kesehatan Karawang. Dimulai dari menghancurkan sampel roti selai, kemudian dipisahkan antara bahan utama dan bahan pewarna.

Selai maupun roti menjalani proses kimiawi. Uji kualitatif dengan metode kit. Setelah bahan pewarna terpisah dari bahan utama, maka dilakukan tes direndam dalam larutan kimia. Kemudian diaduk hingga rata. Hasilnya, sangat mengejutkan. Hampir semua jajanan ini mengandung bahan kimia pewarna tekstil dan boraks yang membahayakan kesehatan, kecuali selai berwarna merah.

Penggunaan bahan pewarna tekstil rhodamin b, methanil Yellow, dan boraks dalam makanan merupakan tindakan ilegal yang melawan hukum. Selain itu, ada kekhawatiran produsen jajanan ini tidak mengerti komposisi bahan pewarna yang dicampurkan. Sayangnya, pengawasan soal beredarnya makanan berbahaya belum maksimal.

Memang jajanan yang mengandung pewarna tekstil tidak berdampak seketika. Tapi, bukan berarti kesehatan kita harus dikorbankan hanya karena jajanan berbahaya.(BOG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini