Sukses

Agustinus, Empat Tahun Berkelana dengan Ransel

Mengembara seorang diri selama empat tahun, Agustinus Wibowo melintasi negara-negara penuh konflik yang jarang dikunjungi turis. Ia mengejar mimpi menjadi jurnalis foto.

Liputan6.com, Jakarta: Kegigihan Agustinus Wibowo membawa dirinya melangkahkan kaki ke berbagai penjuru dunia. Empat tahun sudah Agus mengembara menyandeng rasel. Pengembaraan dimulai dari perjumpaan Agus dengan seorang backpacker Solo asal Jepang.

Kala itu Agus sedang kuliah di Universitas Tshinghua, Beijing, Cina. Ia kemudian tergoda dan memulai perjalanannya dari negara tetangga Cina, Mongolia pada 2002. Agus kemudian merambah ke negara-negara lain seperti Tibet, Nepal, India dan Pakistan. Semua itu dilakoni seorang diri.

Setelah menjadi relawan pasca-tsunami Aceh pada 2005, Agus menolak beasiswa pendidikan strata dua Ilmu Komputer di Cina. Dia justru memantapkan diri memulai perjalanan ke negara yang penuh konflik dan perang, Afghanistan. Satu tahun tujuh bulan ia menggembara ke pelosok-pelosok Negeri Mullah yang tak pernah dikunjungi orang asing, bahkan penduduk daerah lain.

Di balik keberaniannya menyusuri tepian jurang, menyeberangi sungai dan mendaki gunung, Agus sebenarnya menyimpan ketakutan akan ketinggian. Kendati demikian, langkahnya tak pernah surut. Dan, kisah ini dituangkan dalam buku pertamanya bertajuk Selimut Debu.

Tak sekadar jalan-jalan, Agus menghindari perjalanan naik pesawat agar bisa mengupas budaya tiap negara yang dikunjungi. Ia kemudian menghubungkannya dengan permasalahan di Indonesia.

Tentu saja ini didukung dengan kelebihan Agus yang menguasai belasan bahasa asing seperti Hindi, Urdu, Farsi, Rusia, Inggris, dan Mandarin. Agus telah melintasi semua negara pecahan Uni Soviet, seperti Uzbekistan, Tajikistan, dan Kazakhstan. Semua dituangkan dalam buku keduanya, Garis Batas. Agus sudah mengenyam kehidupan di belasan negara.

Hobi fotografi mengantar Agus jadi jurnalis foto sekaligus menambah bekal. Agus bisa bertahan di perjalanan dengan berhemat dan juga sering menerima keramahan dari penduduk negeri-negeri yang dikunjunginya.

Beragam rintangan yang dijumpai justru jadi bumbu perjalanan dan membuat pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 29 tahun lalu ini semakin mencintai negara yang dikunjungi, khususnya Afghanistan. Perjalanan mengajarkan gus untuk terbuka terhadap kehidupan dan menerima segala sesuatu yang diajarkan kehidupan. Dunia, lalu bisa terlihat dengan mata hati baru.

Agus kini menetap di Beijing, Cina. Ia sedang mengumpulkan dana dan menyusun rencana perjalanan berikutnya. Menyusuri negara-negara bekas Uni Soviet lainnya, serta negara-negara Timur Tengah yang dianggapnya penuh misteri.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.