Sukses

Fenomena Ondel-Ondel Jadi Pengamen Jalanan, Pemerintah Diminta Beri Pembinaan

Menurut Yahya, ondel-ondel tidak bisa dimainkan saat waktu Magrib atau tengah hari pas Zuhur.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena ondel-ondel mengamen di jalanan telah menimbulkan tanda tanya besar. Apa yang terjadi dengan kesenian Betawi yang satu ini? Kenapa turun ke jalanan? Tak hanya itu, fenomena ini juga menuai keprihatinan dari kalangan pemerhati budaya Betawi.

Sebab, pementasan kesenian ondel-ondel tidak bisa dimainkan sembarangan. Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi Yahya Andi Saputra mengungkapkan, terdapat beberapa syarat tertentu untuk dapat memainkan kesenian ondel-ondel.

"Pementasan kesenian ondel-ondel ini kita ada aturannya, seperti musik pengiringnya harus musik hidup (live), pemain musiknya harus pakai seragam, terus pementasannya ini harus waktu-waktu tertentu," ujar Yahya kepada Liputan6.com, Jumat, 9 Maret 2018.

Menurut Yahya, ondel-ondel tidak bisa dimainkan saat waktu Magrib atau tengah hari pas Zuhur.

Namun yang terjadi saat ini, kita sering melihat iring-iringan ondel-ondel di jalanan saat Magrib ataupun tengah hari, sambil menengadahkan panci atau ember kecil meminta recehan kepada warga yang ditemuinya.

Bahkan, tak jarang kelompok ondel-ondel mengamen dengan pakaian lusuh yang tak memperlihatkan kebudayaan Betawi sama sekali.

Arif, salah satu pengamen ondel-ondel yang ditemui Liputan6.com, mengaku jika ia memang mengamen hanya menggunakan kaus oblong dan celana jeans lusuh.

"Sehari-hari emang gini kalau ngamen, pakai kaus, sendal jepit, sama celana jeans. Pakai yang seadanyalah," ujar Arif di kawasan Kalisari, Jakarta Timur, Jumat, 9 Maret 2018.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dibina Pemerintah

Menurut Yahya, apa yang dilakukan pengamen ondel-ondel memperlihatkan bahwa mereka tidak paham sama sekali dengan pementasan kesenian ondel-ondel.

Dia pun berharap agar para pengamen ondel-ondel dibina, sehingga tidak menyepelekan kesenian ondel-ondel, yang merupakan budaya khas Betawi dan menjadi salah satu ikon Ibu Kota Negara.

"Orang-orang yang ngamen pakai ondel-ondel ini bisa dikumpulkan dan dibina terkait bagaimana budaya Betawi, juga kesenian ondel-ondel," papar Yahya.

Usai pembinaan, dia melanjutkan, para pengamen ondel-ondel selanjutnnya diberikan opsi. Pertama soal jam dan lokasi pementasan. Kemudian opsi kedua, dibina dari awal hingga akhir untuk selanjutnya dimasukkan ke sanggar Betawi.

"Nah dananya, pemerintah mungkin bisa danai taruhlah sebulan Rp 5 juta. Ya semacam dana operasional kayak BOS (Biaya Operasional Sekolah), daripada duitnya kebuang buat yang enggak-enggak," ucap Yahya.

Yahya yang merupakan orang Betawi asli pun berharap agar budaya Betawi dapat berkembang sebagaimana mestinya dan tidak lagi ada hal-hal seperti ini ke depannya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.