Sukses

Status Bendung Katulampa Kembali Normal Sabtu Pagi

Cuaca ekstrem masih bisa terjadi, sehingga kemungkinan meningkatkan permukaan air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa masih harus diwaspadai.

Liputan6.com, Bogor - Tinggi muka air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat, kembali ke status normal yakni 40 cm pada Sabtu pagi.

Status tinggi muka air di Bendung Katulampa sempat naik pada Jumat sore kemarin, mencapai tingkat 170 cm atau Siaga III banjir. Peningkatan ini terjadi cukup cepat seiring hujan yang mengguyur kawasan Puncak, Bogor.

Berdasarkan catatan petugas Bendung Katulampa, peningkatan tinggi muka air di Bendung Katulampa terjadi pukul 16.00 WIB dari tingkatan normal menjadi 150 cm. Debit air yang mengalir sebesar 276,246 liter per detik.

Selang 25 menit berikutnya, tinggi muka air mengalami peningkatan 20 cm, dari 150 menjadi 170 cm. Petugas memberlakukan status Siaga III banjir bagi kawasan hilir Jakarta. Air yang mengalir dengan debit 339,679 liter per detik.

Seiring berkurangnya durasi hujan di kawasan Puncak, selang dua jam berikutnya, yakni pukul 18.00 WIB, debit air di Bendung Katulampa berangsur menyusut dengan ketinggian 90 cm. Hingga Sabtu pukul 03.00 WIB, debit air berada pada posisi normal, yakni 40 cm.

Kepala Balai PSDA wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Azhari Dwikora, mengimbau masyarakat untuk tetap waspada selama puncak musim hujan yang diperkirakan oleh BMKG terjadi sampai awal April nanti.

Menurut Azhari, kemungkinan cuaca ekstrem masih terjadi, sehingga kemungkinan meningkatkan permukaan air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa masih bisa terjadi. Masyarakat, khususnya di wilayah Jakarta, diimbau untuk tetap siaga.

Terkait kenaikan permukaan air yang sering terjadi di Bendung Katulampa, menurut Azhari, pengaruh terbesar terjadi karena cuaca hujan, terutama di wilayah hulu Ciliwung.

"Hasil pengamatan pos curah hujan yang ada, curah hujan masih di atas normal, kalau di BMKG itu merah. Itu yang menjadi penyebab utama di Katulampa, sehingga sampai ke Jakarta," ujar Azhari seperti dikutip Antara, Sabtu (10/3/2018).

Menurut dia, air yang ada di permukaan bumi relatif tetap, tetapi salah satu kemungkinan selain curah hujan yang tinggi, karena adanya perubahan daya dukung lingkungan. Curah hujan yang ada sebagian besar langsung mengalur ke sungai menjadi run off tidak diserap oleh akar tanaman.

"Kondisi ini yang perlu jadi perhatian, banyak titik-titik longsor di kawasan Puncak, pada daerah itu yang curah hujan tinggi, sebagai besar langsung mengalir ke sungai, karena tidak sempat ditahan oleh tanah. Jadi, harus menyeluruh daerah tangkapan Ciliwung diperbaiki," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Erosi Terus Terjadi

Azhari mengatakan, setiap terjadi kenaikan muka air Ciliwung dapat dilihat kondisi sungai yang airnya berwarna cokelat yang menandakan membawa sedimen atau endapan. Sedimen terjadi karena erosi. Sedangkan erosi terjadi karena curah hujan yang jatuh langsung menjadi run off.

"Untuk memperbaiki DAS Ciliwung semua harus bergerak mulai dari sektor hulu, hingga sepanjang aliran sungai. Badan PSDA tidak bisa bergerak sendiri, semua kompleks dari hulu dibehani, sepanjang sungai juga, termasuk penyerobotan dan penyempitan lahan yang dirambah sepadannya harus sama-sama di tata," kata Azhari.

Selama musim penghujan, lanjut Azhari, pihaknya secara tiap waktu memberikan informasi ketinggian muka air di Bendung Katulampa begitu ketinggian air berubah. Informasi disampaikan kepada pemda setempat mulai dari Pemprov Jabar, Pemprov DKI Jakarta, dan pihak lainnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.