Sukses

Kisah Sedih Ojek Sepeda Ontel di Kotatua Jakarta

Keberadaan sepeda ontel di Kotatua menjadi daya tarik tersendiri di tengah gempuran transportasi online. Ada kisah suram yang tersimpan.

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan ojek sepeda ontel di Kotatua, Jakarta Utara, menjadi daya tarik tersendiri di tengah gempuran transportasi online. Seakan bergeming, sepeda ontel itu tetap terus menyusuri jalan mencari para pelanggan.

Sepeda ontel yang dimaksud bukanlah sepeda warna-warni dengan segala hiasan yang disewa di tengah taman Fatahillah. Melainkan sepeda ontel tanpa hiasan dengan pemiliknya yang akan mengantar pengunjung ke berbagai tempat di Kawasan Kotatua.

Walau tak sepopuler sepeda ontel yang disewa di pelataran museum Fatahillah, nyatanya banyak ojek sepeda ontel yang masih bertahan hingga kini. Salah satunya Sutarman.

"Saya ngojek sepeda ontel dari tahun 80-an sampai sekarang. Kalau cerita dari dulu gimananya ya pasti panjang," tutur dia saat ditemui Liputan6.com di parkiran Stasiun Jakarta Kota, Rabu 7 Maret 2018.

Jika sepeda-sepeda ontel di tengah taman Fatahillah sudah dikelola UPK Kotatua, beda cerita dengan sepeda ontel Sutarman dan kawan-kawannya yang dikelola swadaya tanpa ada yang melindungi mereka.

"Ini sepeda punya saya sendiri. Sehari-hari memang buat ngojek. Kalau yang di Taman Fatahillah itu kan mereka diurus sama pemerintah," celotehnya.

Pria berusia 55 tahun ini mengatakan maraknya moda transportasi online, membuat penghasilannya dari ojek sepeda menurun. Namun, dirinya mengatakan hanya bisa pasrah dan menerima kondisi tersebut.

"Sekarang kan banyak yang online, harganya juga murah terus lebih cepet, ya kita mau gimana lagi. Dampaknya penghasilan kita agak menurun," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penghasilan Menurun

Padahal tarif yang dikenakan untuk menggunakan jasa sepeda ontel terbilang terjangkau.

"Tarifnya Rp 5.000 jarak dekat, kalau jarak jauh dipatok harga Rp 15.000," jelas dia.

Setiap hari pria asal Sragen ini membawa pulang Rp 67 ribu dari hasil kerjanya. Tak ada beda. Hari biasa dan hari libur, penghasilan yang diperolehnya berkisar pada bilangan itu.

"Rata-rata per hari saya dapat 67 ribu, itu pendapatan bersih karena sepedanya milik saya sendiri. Biasanya banyak yang pakai jasa kami itu pas jam-jam orang kerja pagi sama sore. Kalau dari yang wisatanya sendiri malah sepi," selorohnya dengan ekspresi sedih.

Sutarman tak bisa berharap apa pun dari pemerintah. Selama dirinya masih bisa mencari nafkah, akan tetap bekerja sebagai pengemudi ojek sepeda ontel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.