Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Bamsoet Ajak Masyarakat Teladani Pluralisme Buya Syafii

Bamsoet berharap Syafii Maarif telah menulis gagasan dan pemikiran untuk memberikan pencerahan kepada semua anak bangsa.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet menaruh rasa hormat dan kekaguman sangat tinggi kepada Buya Syafii Maarif. Bagi Bamsoet, Buya Syafii merupakan tokoh sekaligus guru bangsa yang selalu membimbing dan memberikan inspirasi.

"Jujur, saya bisa terpilih menjadi Ketua DPR tak terlepas dari nasihat dan petuah yang beliau sampaikan kepada saya selama ini. Tanpa itu, mungkin saya belum bisa mencapai posisi tinggi seperti ini dalam dunia politik," kata Bamsoet saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran buku 'Ahmad Syafii Maarif sebagai Seorang Jurnalis' di Yogyakarta, Sabtu malam (24/2/2018).

"Karena saya menimba ilmu dan kearifan dari Buya, Insya Allah saya akan tetap berada di garis politik kebajikan," imbuh dia.

Bamsoet melihat di masyarakat, ketokohan Buya Syafii lebih dikenal sebagai cendekiawan, tokoh agama, ulama, dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah. Ketokohannya sebagai seorang Jurnalis tidak banyak publik yang tahu.

"Padahal sejak usia muda beliau adalah seorang jurnalis. Pernah menjadi korektor atau redaktur di Suara Muhammadiyah. Beliau juga anggota Persatuan Wartawan Indonesia, sama seperti saya," tutur Bamsoet.

Sebagai orang yang pernah menggeluti dunia jurnalistik, Bamsoet punya kekaguman tersendiri kepada Buya Syafii. Menurutnya, analisis dan tulisan Buya sangat tajam dan mendalam.

“Keberpihakannya kepada kebenaran dan keadilan jauh melampaui para jurnalis pada umumnya. Lebih dari itu, Buya adalah sosok negarawan yang istiqomah membela kebinekaan dan kemajemukan demi keutuhan NKRI," ujar Bamsoet.

Bamsoet meyakini pandangan Buya Syafii terutama tentang pluralisme dan toleransi perlu ditularkan kepada segenap elemen bangsa.

"Di tengah politik identitas yang rentan dengan gesekan di masyarakat, serta berkembangnya paham radikalisme, justru pandangan-pandangan Buya soal pluralisme perlu kita sebarkan kepada generasi Zaman Now. Sehingga mereka tidak galau menghadapi keterbukaan di era digital yang kadang memberi efek negatif terhadap adab dan akhlak mulia," tutur Bamsoet.

Bamsoet berharap Buya terus menulis dan berkarya menyampaikan gagasan dan pemikiran untuk memberikan pencerahan kepada semua anak bangsa.

"Saya menaruh hormat dan  memberikan apresiasi atas kehadiran buku yang mengupas sepak terjang Buya Syafii sebagai seorang jurnalis. Buku ini tidak saja akan memperkaya cakrawala wawasan kita, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana melaksanakan pemikiran dan pandangan yang disampaikan beliau dalam buku tersebut," pungkas Bamsoet.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jaga Kesatuan

Sementara itu, Ketua Umum MUI Maruf Amin mengungkapkan kekagumannya kepada Presien Jokowi yang rajin bersilaturahim dengan ulama dan habaib. Bahkan pada era ini, Jokowi menetapkan hari santri nasional.

"Selama 70 tahun, pada 2015 lalu lah bapak Presiden Jokowi menetapkan hari santri nasional. Alhamdulillah," kata Maruf Amin dalam sambutan di acara Festival Sholawat Nusantara, Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu malam, (24/2/2018).

Ia mengajak semua masyarakat agar menggelorakan salawat di seluruh nusantara. Ini sesuai dengan ajaran yang Allah perintahkan dalam kitabnya.

"Kita memang diperintah oleh allah untuk terus bersholawat," kata dia.

Dengan menggemakan salawat, diharapkan bisa mendatangka inayah, riayah agar sebagai bangsa tetap berjaya terutama sebagai bangsa tetap utuh dan bersatu sampai akhir zaman.

"Kita memang punya landasan berbangsa yang kuat. Kita punya titik temu sebagai bangsa yaitu Pancasila. Saya menyebutnya Pancasila itu sebagai kalimatun sawa titik temu antar seluruh elemen bangsa," jelas dia.

Selain itu, juga ada kesepakatan yang kuat yaitu piagam Jakarta. Karena itu, ia menamakan piagam Jakarta ini sebagai mitsaqon galiza sebagai kesepakatan yang kuat.

"Dengan dua landasan ini, kita utuh dan kita berada dalam bingkai keindonesiaan NKRI yang satu," ucap Maruf Amin.

Akan tetapi karena tingkat kemajemukan bangsa ini, begitu tinggi potensi konflik. Karena itu, ia meminta semuanya harus menjaga agar keutuhan bangsa tidak terkoyak.

"Secara lahiriah kita punya aturan-aturan, secara kelembagaan kita punya pranata-pranata, ada kelembagaan yang bersifat pemerintah, Kemenag, dan kelembagaan lain dan majelis-majelis agama, ada juga forum kerukunan umat agama FKUP di provinsi kabupaten kota," ungkap Maruf Amin.

Semua ini, lanjut dia, untuk mengawal keutuhan bangsa secara lahiriah. Tetapi juga perlu dikawal secara batiniah agar memperoleh inayah dan riayah.

"Karena itu, kita kawal melalui menggemakan shalawat di seluruh nusantara. Kita juga melakukan istighosah dengan dzikir, yasinan dengan berbagai upaya2 tujuannya satu adalah supaya kita mendapat inayah dan riayah Allah SWT," tegas Maruf Amin.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.