Sukses

Novel Baswedan Pulang, Polisi Bakal Cecar Keterlibatan Jenderal

Polisi akan kembali meminta keterangan Novel Baswedan soal kabar keterlibatan jenderal atas kasus yang menimpanya.

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan telah kembali ke Indonesia. Dengan begitu, polisi akan kembali meminta keterangan darinya, termasuk soal kabar keterlibatan jenderal atas kasus yang menimpanya.

"Kan sudah kita tanyakan dan dia menyebut seseorang, maka kita perlu tanyakan apakah betul atau hanya asumsi," tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (23/2/2018).

Menurut Argo, jika benar sosok jenderal yang dimaksud itu melanggar hukum, maka bukti-bukti akan kembali dikumpulkan dari Novel Baswedan. "Kalau misalnya asumsi, ya bisa menuduh orang di mana tidak boleh karena akan melanggar norma agama dan norma hukum," jelas dia.

Yang pasti, agenda pertemuan Novel Baswedan dengan penyidik kini masih dirancang. Termasuk menyiapkan beberapa pertanyaan yang memang terlewat diajukan atau belum dijawab.

"Nanti penyidik yang beri tahu itu materi. Nanti kita sampaikan," Argo menandaskan.

Novel mengalami serangan air keras pada 12 April 2017 pagi usai salat subuh di Masjid Al Ihsan. Novel Baswedan diserang dua orang yang mengendarai sepeda motor dengan air keras, tak jauh dari kediamannya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Novel Tak Menyerah

Meski kedua matanya belum pulih sempurna, Novel tak lantas menyerah. Diberi kesempatan memberi pernyataan, dia malah membakar semangat rekan-rekannya di KPK.

"Saya tidak ingin menjadikan ini kelemahan. Saya ingin menjadikan ini sebagai penyemangat. Saya ingin penyemangat baik rekan-rekan KPK," ujar dia, Kamis 22 Februari.

Novel tidak berubah. Ia masih seperti sebelum serangan pengecut itu terjadi.

Selama menjalani perawatan di Singapura, Novel juga kerap mengirim pesan melalui koleganya. Benang merahnya satu: pemberantasan korupsi tak boleh tunduk pada teror.

Novel selalu optimistis. Dan, ia menyebarkan semangat itu pada yang lain. Baginya, melemah setelah peristiwa penyerangan berarti pelaku teror yang menang. Jika sudah begitu, pemberantasan korupsi terancam.

Ia mewanti-wanti pegawai KPK lebih meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Mereka juga harus semakin sungguh sungguh dalam mengungkap kasus korupsi.

"Apabila kejadian ini membuat produktivitas menurun berarti kemenangan bagi pelaku penyerangan," ujar Novel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.