Sukses

Yogya Jadi Tempat Transit Penyerang Gereja Lidwina Sebelum ke Suriah

Dia juga telah tinggal di sebuah musala di wilayah Yogya selama tiga hari sebelum melakukan aksi terornya di Gereja Santa Lidwina.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi terus mendalami latar belakang Suliyono (22), pelaku penyerangan di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta. Diduga, pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu telah terpapar paham radikal.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, pelaku tidak memiliki tempat tinggal di Jogja. Dia diketahui sempat tinggal di wilayah Magelang, Jawa Tengah sebelum akhirnya ke Yogya untuk transit menuju Suriah.

"Di Yogya dia melihat-lihat internet mencari di mana gereja yang deket, di mana dia bisa beli senjata. Artinya dia datang ke Yogya itu memang transit dan dia tidak mempunyai tempat tinggal khusus di Yogya," ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (13/2/2018).

Dia melanjutkan, Suliyono sempat mondok sebentar di Magelang. Dia juga telah tinggal di sebuah musala di wilayah Jogja selama tiga hari sebelum melakukan aksi terornya di Gereja Santa Lidwina.

Selama tinggal di wilayah Magelang dan Jogja, Suliyono beberapa kali berusaha membuat paspor untuk berangkat ke Suriah. Namun pembuatan paspor tersebut gagal lantaran terkendala dokumen.

"Sehingga paspornya ditolak Imigrasi Magelang dan Jogja. Dia dua atau tiga kali (berusaha membuat paspor). Saya dapat info dia memang berupaya melakukan jihad, mau ke luar negeri," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tinggal di Poso

Hingga saat ini, polisi belum bisa menyimpulkan motif penyerangan tersebut. Polisi terus menggali latar belakang pelaku untuk mengungkap aksi teror tersebut.

Dari hasil interogasi sementara, diketahui pelaku pernah sekolah di Banyuwangi hingga tingkat SMP. Suliyono juga diketahui pernah tinggal di Poso, Sulawesi Tengah.

"SMA-nya ada di Morowali, Sulawesi Tengah dan kuliah di Palu. Kemudian dia ikut kegiatan-kegiatan organisasi keagamaan yang mempunyai akidah yang berbeda pemahamannya," ucap Setyo.

Belum diketahui Suliyono berafiliasi dengan kelompok radikal mana. Namun dugaan sementara, pria tersebut bergerak sendiri setelah mempelajari materi-materi melalui internet.

"Sampai sejauh ini kita masih melihat dia lone wolf. Dia dapat pemahaman yang keliru ya, dia belajar dari internet kemudian ia ingin melaksanakannya dari dorongan dia sendiri," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.