Sukses

Xanana Gusmao Presiden Pertama Timor Timur

Pertumbuhan ekonomi Timor Timur akan mencapai titik terendah setelah memperoleh kemerdekaan penuh 20 Mei mendatang. Presiden Xanana diharapkan bisa mempengaruhi keputusan Perdana Menteri.

Liputan6.com, Dili: Kay Rala Xanana Gusmao dipastikan akan menjadi Presiden pertama Timor Timur. Dia meraih kemenangan mutlak pada pemilihan umum dengan 82,66 suara, sedangkan kandidat lainnya, Francisco Xavier do Amaral hanya meraup 17,13 persen. Suara yang tidak sah mencapai 13.678 kartu. Xanana Gusmao hanya kalah dari Francisco Xavier do Amaral, di satu dari 13 distrik Timtim, yaitu di Aileu. Jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya di seluruh distrik hari Ahad silam mencapai 378.538 atau 86,2 persen dari keseluruhan jumlah mereka yang memiliki hak pilih [baca:Hari ini, Timtim Memilih Presiden]. Hasil penghitungan suara itu disampaikan Ketua Komisi Pemilihan Independen Pemilu Timtim, Carlo Valenzuela di Dili, Rabu (17/4) siang.

Meskipun masyarakat Timor Loro Sae menyambut gembira kemenangan Xanana, tingkat pertumbuhan ekonomi bekas koloni Portugis itu akan mencapai titik yang terendah. Kondisi tersebut dimulai setelah Timtim memperoleh kemerdekaan penuh pada 20 Mei 2002 mendatang. Para staf badan internasional, pengusaha asing, dan perusahaan luar negeri akan meninggalkan Timtim. "Perekonomian Timtim tiga tahun mendatang berat sekali. Tingkat pengangguran tinggi dan kriminalitas dipastikan meningkat," ujar Kepala Kantor Urusan Kepentingan Republik Indonesia (KUKRI) di Dili, Kristio Wahyono, saat dihubungi melalui telepon. Negara baru dengan populasi 800 ribu jiwa itu memiliki pendapatan per kapita US$ 320. Sedangkan jumlah pengangguran diperkirakan mencapai 80 ribu orang. Andalan ekspor Timtim antara lain batu pualam dan kopi.

Dilema lain yang akan muncul menyangkut lingkup kekuasaan Presiden. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Timtim, posisi Presiden hanya jabatan simbolis. Pengambilan keputusan pemerintahan akan lebih banyak di tangan Perdana Menteri yang kini dijabat Mari Alkatiri. Partai Fretilin (Frente Revolucionaria do Timor Leste Independente) yang dipimpin Alkatiri memenangkan pemilihan pembentukan Majelis Legislatif, Agustus 2001 silam [baca: Pemilu Timtim Dimenangkan Fretilin]. Fretilin meraup 55 kursi dari 88 kursi di Dewan Konstituante yang diperebutkan.

Menurut Kristio, Mari Alkatiri akan membentuk kabinet dengan anggota dari beragam partai. Namun pergantian di beberapa posisi kementerian tak terelakkan. Kebijakan ini mengundang kemarahan Partai Demokratik dan Partai Sosial Demokrat pimpinan Mario Viegas Carrascalao. Bahkan Mario Viegas, bekas Gubernur Timtim (periode 1982-1992) memilih oposisi terhadap pemerintahan Alkatiri.

Pemerintah Indonesia, kata Kristio, juga merasa senang dengan kemenangan Xanana. Bekas Komandan Falintil (Tentara Nasional Pembebasan Timtim) itu berkomitmen dengan Indonesa perihal pemulangan pengungsi dan rekonsiliasi. Sikap Xanana tentang rekonsiliasi berbeda dengan Alkatiri yang terlalu menekan Indonesia. Meski kekuasaan Xanana tidak sama dengan Alkatiri, namun diharapkan ia bisa mempengaruhi keputusan yang diambil Perdana Menteri. Apalagi, mantan tahanan politik di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur ini mendapat dukungan penuh rakyat Timtim dan dunia internasional.

Selama lebih dari empat abad, Timtim menjadi koloni Portugis yang terabaikan. Pada 1977 hingga 1999, Timor Loro Sae menjadi bagian wilayah Indonesia sebagai provinsi ke-27. Dan selama 31 bulan terakhir, Timtim berada di bawah kekuasaan pemerintahan transisi PBB, UNTAET, menyusul kerusuhan pascapenentuan pendapat Agustus 1999, setelah rakyat Timtim memilih memisahkan diri dari Indonesia.(COK)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini