Sukses

Kang Jalal: Isu Ditutup Isu Lain

Pakar komunikasi politik Jalaluddin Rakhmat menduga, maraknya isu peledakan bom yang belakangan terjadi hanya pengalihan isu-isu yang lebih besar oleh pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta: Maraknya isu peledakan bom yang belakangan terjadi, diduga kuat hanya sebagai alat pengalihan isu-isu yang lebih besar oleh pemerintah. Demikian disampaikan pakar komunikasi politik Jalaluddin Rakhmat usai menghadiri seminar bertajuk "Komunikasi Politik yang Jujur dan Sehat" di Universitas Sahid, Jakarta, Rabu (23/3).

"Ada indikasi kuat bahwa pemerintah berusaha menciptakan peristiwa-peristiwa dan membicarakannya sebagai isu penting. Termasuk juga pengalihan isu WikiLeaks, baru-baru ini," ujar pria yang akrab disapa Kang Jalal tersebut.

Secara teori pembentukan opini publik, Jalaluddin menjelaskan, sebuah isu akan dibicarakan terus-menerus. Serta, mendapat perhatian masyarakat terus-menerus. Misalnya, isu yang dibicarakan media, juga menjadi rumor yang diperbincangkan masyarakat.

"Berkembang isu pemikiran masyarakat yang berkembang biasanya pada ujungnya kritik kebijakan terhadap pemerintah. Misalnya kasus Bank Century, kalau itu dibicarakan di media masyarakat akan ikut membicarakannya. Sampai akhirnya masyarakat mendesak agar kasus ini diselesaikan," ujar staf pengajar di Universitas Padjadjaran itu, mencontohkan.

Nah pada akhirnya, imbuh Kang Jalal, salah satu upaya pemerintah untuk meredam isu tersebut adalah membuat isu baru yang lebih menarik perhatian masyarakat hingga isu berkembang menjadi "isu kelelahan". "Begitu lama-lama orang membicarakan, lama-lama masyarakat lelah. Diganti lagi dengan isu yang baru." [baca: Teror Paket Bom Buku Diduga Pengalihan Isu].

Jadi secara ilmiah, ia menilai dugaan isu bahwa ada banyak peristiwa ini dibicarakan sebetulnya untuk meredam supaya orang tidak membicarakan isu-isu sebelumnya. "Itu secara teori ilmiah. Artinya bisa dibuktikan dengan penelitian," tandasnya.

Isu bom buku yang tiba-tiba sebelumnya tidak pernah ada. Atau isu-isu keagamaan yang belum pernah terjadi dalam sejarah di Indonesia, menurut Jalaluddin, juga karena supaya isu itu dibicarakan terus-menerus. Karena sebuah isu itu harus menarik perhatian publik, sehingga isu harus dibuat sangat dramatis.

"Pembunuhan Ahmadiyah, pembubaran Ahmadiyah, itu kan sangat dramatis. Dan, orang akan terus-menerus membicarakannya, sehingga kasus Ahmadiyah ini dikeluarkannya perda (peraturan daerah) di setiap daerah. Itu artinya akan terus-menerus dibicarakan," singgungnya.

Sebagai langkah yang tepat bagi masyarakat untuk menyikapi hal itu, Jalaluddin menyarankan agar masyarakat mengalihkan isu tersebut. "Di-ignore sajalah nggak usah didengerin, di-cut. Karena makin banyak kita perhatikan, makin banyak peristiwa-peristiwa baru yang akan bermunculan. Jadi sebaiknya kita cuekin sajalah."

"Ini sebenarnya peran media massa, kalau media menyudahi isu itu, maka nanti akan hilang dengan sendirinya," imbuhnya.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.