Sukses

Kak Seto Ajak Masyarakat Berani Laporkan Temuan Kekerasan Anak

Kak Seto kini menggalakkan dibentuknya satuan tugas atau satgas perlindungan anak di seluruh RT RW di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerhati anak Seto Mulyadi meminta masyarakat di seluruh Indonesia tanggap terhadap berbagai tindak pidana yang menimpa anak-anak di lingkungannya. Baik itu perlakuan kasar hingga kekerasan seksual terhadap anak.

Pria yang kerap disapa Kak Seto ini menyampaikan, berbagai temuan yang mencederai anak, harus berani dilaporkan. Sebab berdasarkan undang-undang pun, sudah diminta untuk melakukan hal tersebut.

"Siapapun yang mengetahui ada kekerasan terhadap anak dan tidak lapor polisi, maka sanksinya 5 tahun penjara," tutur Kak Seto di SMK Bina Siswa, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (6/1/2018).

Menurut dia, 41 anak yang menjadi korban pencabulan oleh pedofil bermodus dukun palsu di Tangerang juga lantaran pelibatan masyarakat dalam tindakan pencegahan masih kurang optimal.

"Warga sudah tahu ada gubuk, dijadikan tempat untuk melakukan suatu kegiatan yang tidak layak. Tetapi kadang-kadang kepedulian dan keberanian untuk menegur dan melapor tidak ada. Nah di sini justru kami kampanyekan. Warga harus berani melapor," jelas dia.

Untuk itu, Seto kini tengah menggalakkan dibentuknya satuan tugas atau satgas perlindungan anak di seluruh RT RW di Indonesia. Untuk di Jakarta sendiri, dia akan mencoba bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

"Kalau bisa kami ingin menyampaikan kepada Bapak Gubernur agar DKI Jakarta menjadi provinsi pertama di Indonesia yang seluruh RT RW-nya dilengkapi satgas perlindungan anak," Kak Seto menandaskan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mensos Kutuk Pedofil Bermodus Dukun Palsu

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengutuk keras aksi pedofilia, WS alias Babeh, yang mencabuli 41 anak di Tangerang, Banten.

Predator anak WS melakukan aksinya di Kampung Sakem, Desa Tamiang, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang. Sasarannya anak-anak yang berusia 10-15 tahun, dan semua berjenis kelamin laki-laki.

WS merupakan seorang guru honorer, dan mengaku mencabuli anak-anak karena ditinggal istrinya bekerja sebagai TKI di Malaysia.

"Saya sangat menyayangkan bahwa kekerasan seksual terhadap anak-anak yang terjadi justru dilakukan oleh guru, yang notabene adalah ujung tombak pendidikan bangsa," ungkap Khofifah dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (6/1/2018), di Jakarta.

Kementerian Sosial sendiri saat ini tengah melakukan assesment kepada 41 orang anak korban pedofil WS di Tangerang.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.