Sukses

Cerita Penerjemah Jokowi Dikira Penyusup Oleh Intel Australia

Cerita penerjemah Istana Kepresidenan yang sempat dituduh penyusup oleh Pasukan Australia. Kok bisa?

Liputan6.com, Jakarta - Keamanan ekstra ketat dengan standar prosedur khusus yang melekat pada seorang kepala negara menjadi hal yang wajib dipenuhi di setiap kunjungan kepala negara saat menghadiri forum-forum internasional.

Setidaknya, bukan sembarang orang bisa berdekatan dengan tamu sekelas presiden dalam kegiatan tersebut. Cerita menarik terkait standar pengamanan presiden saat kunjungan keluar negeri sempat dirasakan Muhammad Iqbal Sirie, sang penerjemah Istana Kepresidenan RI.

Iqbal, yang merupakan PNS Kementerian Luar Negeri itu mengaku sempat disangka penyusup oleh Intelijen Australia saat mendampingi Presiden Jokowi ketika menghadiri KTT G-20 di Brisbane, 15 November 2014 lalu.

Iqbal yang berkantor di bagian ‎Biro Administrasi Menteri Kementerian Luar Negeri itu bercerita, pengalaman tersebut terjadi saat dia mendamping Jokowi dalam acara jamuan makan siang bersama para kepala negara.

Sebagai penerjemah presiden, Iqbal diharuskan untuk selalu berada di dekat Jokowi.

Saat acara hendak dimulai, Jokowi menempati kursi yang telah disediakan. Namun, Iqbal yang saat itu berada di dekat presiden, diminta untuk keluar dan dilarang mengikuti acara tersebut oleh pihak keamanan acara G-20. Padahal, dirinya sudah membawa tanda pengenal resmi KTT G-20. ‎‎

"Bisa dibayangkan, saat itu pengamanan sangat ketat, karena seharusnya saya mendapatkan kursi di belakang presiden, cuma karena waktu itu kursi belum ada, jadi saya berdiri dan saat itu tiba-tiba salah seorang petugas mengusir saya untuk keluar karena kami dianggap sekuriti dan tidak dibolehkan di situ," ujar Iqbal saat berbincang dengan Liputan6.com.

Tak terima dengan pengusiran itu, Iqbal pun sempat menyatakan protes. Dia meminta untuk segera dapat diijinkan masuk, terlebih, acara jamuan tersebut akan segera dimulai.

"Ya tentu saya tidak terima dan mempertanyakan kenapa dilarang masuk. Padahal saya mengantongi kartu pengenal," ujar dia. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diperlakukan Istimewa 

Iqbal kemudian menjelaskan mengenai kehadirannya dalam forum tersebut bersama presiden. Setelah dijelaskan panjang lebar, pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran itu pun akhirnya diizinkan masuk.

Tidak hanya itu, ia juga diberi perlakuan istimewa dengan diberikan sebuah kursi yang ditempatkan di belakang Jokowi.

"Lalu setelah sempat berdebat panjang, saya bilang kalau saya adalah penerjemah presiden. Saya jelaskan sedemikian rupa. Setelah itu saya langsung diambilkan kursi, diperlakukan dengan baik dan langsung diambilkan air minum," ucap pria kelahiran Juni, 1984 itu.

Iqbal merupakan diplomat muda yang telah berkarir di Kementerian Luar Negeri sejak tahun 2010.

Sebelum turun ke lapangan menjadi penerjemah kepresidenan, pria lulusan Universitas Padjajaran jurusan Fakultas Hukum itu harus mengikuti pelatihan selama 2 tahun.

"Setelah masuk Kemlu, tahun 2012 saya mulai dilatih sebagai penerjemah, dan mulai dilibatkan dalam kegiatan Istana sejak 2014," ucap Iqbal.

3 dari 3 halaman

Fokus dan Konsentrasi

Selain dirinya ada beberapa rekan lainnya di Kemlu yang juga menjadi penerjemah presiden.‎ Karena menuntut konsentrasi dan fokus yang tinggi, setiap bertugas, bapak satu anak itu selalu didampingi oleh satu atau dua rekannya sesama penerjemah.

Bila dirinya merasa kelelahan atau gagal fokus, maka rekannya yang lain siap menggantikan posisinya.

"Ya mungkin saja kalau sudah terlalu panjang, dan pertemuan melelahkan, banyak isu substansitf yang dibahas, itu biasanya kepala panas, bisa saja ada blank sedikit. Makanya, perlu back up beberapa interpreter, paling sedikit 2 orang," kata dia.‎

Selama berkarir di Istana, dirinya tidak hanya menjadi penerjemah Presiden Jokowi, namun juga sempat menjadi penerjemah Presiden SBY di akhir-akhir masa jabatannya.‎

"Saya sempat mengikuti Presiden SBY pada tahun 2014 dan saat ini mengikuti kegiatan kenegaraan Presiden Jokowi. Terakhir saya mengikuti kegiatan Bapak Jokowi dalam kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat," tutup Iqbal. ‎

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.