Sukses

JK Kenang Gempa dan Tsunami Aceh 13 Tahun Lalu

JK mengungkapkan, saat itu situasi penuh kebingungan dan kekhawatiran, tapi perlu suatu keputusan yang cepat untuk menangani korban.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengenang peristiwa bencana gempa dan tsunami yang menerjang tanah serambi Mekah, Aceh, 13 tahun yang lalu.

Dia mengenang mengenai terbitnya fatwa korban yang meninggal akibat gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 lalu adalah mati syahid. Hal tersebut diceritakannya usai bermain golf di Senayan bersama Saleh Husin, Andi Mattalatta, dan Komaruddin Hidayat.

"Bahwa yang meninggal itu syahid, karena itu tidak perlu disalatkan," kata JK dalam video yang dikirim juru bicara Wapres, Husain Abdullah, Selasa (26/12/2017).

JK mengungkapkan, saat itu situasi penuh kebingungan dan kekhawatiran, tapi perlu suatu keputusan yang cepat untuk menangani korban. Karena itu, dia mencoba memberi masukan tersebut.

"Jadi saya panggil, saya kasih tahu, panggil ulama-ulama. Tapi dicari tidak ada satu pun ketemu. Karena dia menyelamatkan diri juga. Handphone tidak ada yang hidup, jadi tidak ketahuan di mana, di kampungnya juga," cerita JK.

Dalam situasi seperti itu, lantas dia mencoba mengambil keputusan. Di mana, notabenenya JK merupakan orang nomor dua RI.

"Jadi, tanya gimana Pak ini? Ini mayat sudah mau busuk, gimana caranya? Saya bilang, saya petinggi di sini, saya juga pernah sekolah agama. Saya juga punya kewenangan," jelas JK.

Dia pun langsung memanggil Gubernur Aceh saat itu, Azwar Abubakar, dan memberikan soal pandangannya tentang mati syahid untuk korban gempa dan tsunami Aceh.

"Pendapat saya ini syahid. Karena itu tidak perlu dikafankan, tidak perlu dimandikan, tidak perlu disalatkan. Kalaupun mau, bagaimana caranya, bagaimana? Setuju, tapi Azwar Abu Bakar minta tertulis," kenang JK.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bendera Setengah Tiang

Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memerintahkan warganya menaikkan bendera merah putih setengah tiang demi mengenang bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi 13 tahun silam.

"Penaikan bendera setengah tiang berlangsung tiga hari, terhitung sejak 25 hingga 27 Desember 2017 dalam rangka mengenang tragedi tsunami menerpa Aceh pada 26 Desember 2004," kata Sekda Aceh Barat Bukhari di Meulaboh, Senin (25/12/2017).

Dalam surat edaran peringatan 13 tahun tsunami Aceh, Sekda Aceh Barat meminta bendera setengah tiang dikibarkan oleh instansi pemerintah, rumah-rumah penduduk, dan semua pertokoan.

"Kami juga meminta masyarakat daerah ini untuk dapat mengisi acara yang bernuansa Islami, seperti tafakur, tasyakur, dan tausiah di masjid-masjid, meunasah, surau, dayah, pesantren, serta tempat ibadah lainnya," kata Bukhari seperti dikutip Antara.

Kasubag Hubungan Media Massa Sekdakab Aceh Barat Adi Wijaya menyatakan akan menggelar zikir akbar memperingati 13 tahun gempa dan tsunami Aceh yang dipusatkan di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh.

"Tahun ini tidak diadakan acara di kuburan massal korban tsunami, hanya di Masjid Agung zikir bersama, tausiah, dan penyantunan anak yatim. Tetapi pemda tidak melarang warga yang ingin ziarah atau kenduri rakyat di dekat lokasi kuburan massal," katanya.

3 dari 3 halaman

Doa di Kuburan Massal

Ratusan warga menggelar doa dan zikir bersama di Kuburan Massal Korban Tsunami Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Selasa (26/12/2017).

Zikir dan doa bersama memperingati 13 tahun gempa dan tsunami Aceh tersebut turut dihadiri Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman serta sejumlah kepala satuan kerja perangkat daerah, dan keluarga korban bencana 26 Desember 2004.

Dalam kegiatan tersebut warga larut dalam doa dan zikir. Tidak sedikit dari mereka meneteskan air mata. Kendati begitu, mereka tetap khusyuk mengikuti doa dan zikir bersama.

Rohani, keluarga korban tsunami, mengaku setiap tahun berdoa di kuburan massal tersebut. Ia meyakini keluarganya yang menjadi korban bencana 13 tahun silam dimakamkan di Kuburan Massal Ulee Lheue.

"Saya yakin, keluarga saya yang menjadi korban tsunami dimakamkan di tempat ini. Saya selalu berdoa di kuburan massal ini," kata Rohani seraya menyebutkan ada sejumlah keluarganya meninggal dunia saat gempa dan tsunami 13 tahun silam.

Ucapan senada juga disampaikan Nur Azizah, warga Blang Oi, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Ia mengaku setiap 26 Desember selalu berdoa di Kuburan Massal Ulee Lheue karena dirinya yakin keluarganya dimakamkan di tempat itu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.