Sukses

Kisah Izhak Tinggalkan ITB demi 9 Adik

Muhammad Izhak harus merelakan cita-citanya menjadi sarjana Teknik Kimia ITB demi merawat dan menghidupi 9 adiknya.

Liputan6.com, Jakarta -  Muhammad Izhak harus meredam cita-citanya untuk menjadi sarjana Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB). Pemuda 22 tahun itu, harus pulang ke kampung halamannya di Desa Pasiang, Matakali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat demi merawat 9 adiknya.

Keputusan berat itu diambil Izhak setelah kedua orang tuanya meninggal. Ibunya meninggal karena tumor derektum, Februari 2017. Sementara ayahnya yang mengidap TBC meninggal pada November 2017.

Saat ini, Izhak harus bekerja sebagai pembuat gula aren untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Termasuk untuk biaya makan dan sekolah adik-adiknya. Sementara cita-cita untuk melanjutkan kembali kuliah di ITB terpaksa diredam dahulu.

Selengkapnya dapat dilihat dalam Infografis di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Putra Sulung dari 10 Bersaudara

 Izhak merupakan sulung dari 10 bersaudara. Dia pun berperan sebagai ayah sekaligus ibu bagi adik-adiknya yang membutuhkan perhatian. Setiap pagi, Izhak sudah sibuk mempersiapkan kebutuhan seluruh adik-adiknya yang hendak pergi ke sekolah. Mulai dari memandikan mereka sampai menyiapkan sarapan.

"Adiknya itu ada yang masih kelas 2 SMP, kelas 1 SMP, kelas 6 SD, bahkan ada yang masih TK. Dan yang paling kecil itu masih usia 19 bulan, saya tidak hapal semua. Yang jelas pagi-pagi dia urus semua adiknya sebelum berangkat sekolah, termasuk urus makannya mereka," kata April Myathi, salah seorang anggota Gerakan Peduli Sosial Polewali Mandar kepada Liputan6.com, Jumat 15 Desember 2017.

Rumahnya saja, ujar April, sudah lapuk dan nyaris tidak layak untuk dihuni. Kehidupan yang dijalani oleh mantan mahasiswa Jurusan Teknik Kimia di ITB itu benar-benar perlu diperhatikan.

3 dari 3 halaman

Hidup dari Gula Aren

Untuk mencukupi kebutuhan adik-adiknya, Izhak sehari-hari mengandalkan usahanya. Dia membuat gula aren yang kemudian menjualnya ke pasar. Selain itu, dia juga sibuk merawat dua ekor sapi peninggalan ayahnya.

"Per empat hari dia bisa bikin 20 sampai 30 bungkus gula merah (gula aren), per bungkusnya itu dijual Rp 6 ribu. Ada juga sapi dia rawat peninggalan dari bapaknya," ujar April Myathi, salah seorang anggota Gerakan Peduli Sosial Polewali Mandar kepada Liputan6.com, Jumat, 15 Desember 2017.

Sang adik kedua, Aslan, setia membantu Izhak untuk membuat gula aren tersebut. Aslan (19) ikut menyokong kegiatan sang kakak mulai dari mencari dan mengolah nira enau hingga menjadi gula aren.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.