Sukses

Polri Prediksi Isu Agama Masih Warnai Pilkada 2018

Lutfi mengatakan pihaknya juga mewaspadai aktivitas komunikasi masyarakat di media sosial saat pilkada dan pemilu.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri Komjen Lutfi Lubihanto memprediksi isu agama masih akan mewarnai Pilkada Serentak 2018.

Hal ini diutarakan Lutfi saat menjadi pembicara di acara Seminar Nasional Agama Dalam Pemilu 2018 di kawasan Jakarta Pusat. Menurut Lutfi, isu agama akan terus digulirkan oleh sejumlah kelompok tertentu.

"Memang isu-isu agama menjadi sering dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok dalam mencapai tujuannya," kata Lutf, Jakarta, Kamis (14/12/2017).

Menurut Lutfi, pihaknya akan terus melakukan antisipasi dan pencegahan agar masyarakat tidak termakan dengan isu agama pada Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.

"Kami titipkan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan juga tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh pemuda ada termasuk juga tokoh-tokoh sentral dari wilayah kita masing-masing," ucap Lutfi.

Selain itu, Lutfi mengatakan pihaknya juga mewaspadai aktivitas komunikasi masyarakat di media sosial saat Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019. Menurutnya, media sosial rentan digunakan untuk menyebarkan informasi hoax.

"Sudah barang tentu kami bisa meluruskan informasi-informasi. Atau sejatinya masyarakat tidak meneruskan (informasi hoax) kepada pihak lain. Karena dengan meneruskan informasi kemudian viral itu akan berakibat kepada sebuah situasi yang tidak dapat dikendalikan," tandas Lutfi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sulit Cegah Hoax

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan agar Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 berjalan baik ialah menghentikan ujaran kebencian, fitnah, SARA, ataupun hoax dalam kampanye. Khususnya di media sosial.

Meski demikian, politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengakui sulitnya membendung aksi tersebut, apalagi dalam media sosial.

"800 ribu berita di media sosial yang benar hanya 200 ribu. Yang 600 ribu itu fitnah, ujaran kebencian, SARA. Kepolisian baru bisa proses kalau ada pengaduan. Itu problemnya," ucap Tjahjo di Jakarta, Selasa 5 Desember 2017.

 

3 dari 3 halaman

1 Ditangkap Tumbuh Seribu

Dia menuturkan, saat ada pelaku yang ditangkap, kegiatan penyebaran hoax hingga ujaran kebencian bukannya malah berhenti. Namun, semakin banyak yang bermunculan.

"Satu ditangkap, tumbuh seribu. Fitnahnya macam-macam," jelas Tjahjo.

Dia menuturkan, jika ini tetap dipertahankan, bukan hanya memengaruhi kualitas pemilu di Indonesia, melainkan juga kualitas demokrasi dan pemimpinnya.

"Ini sebuah proses yang kalau jadi panutan, ya akan bahaya. Pilih calon berkualitas, calon objektif, enggak akan bisa," pungkas Tjahjo Kumolo.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.