Sukses

WNI Kian Tak Aman di Mesir

Beberapa WN asing pernah menjadi korban penodongan dan perampasan di Mesir. Ada yang dirampas kameranya. Bahkan ada yang ditodong dengan senjata tajam sambil ditanyai pro-Mubarak atau sebaliknya.

Liputan6.com, Madiun: Keadaan warga negara Indonesia (WNI) yang masih bertahan di Mesir, termasuk mahasiswa, semakin tidak aman. "Saat ini Kairo dan sejumlah kota besar di Mesir semakin tidak aman. Sering terjadi sweeping," ujar Ahda Sabila (25), mahasiswa Universitas Al Azhar asal Madiun, Jawa Timur, kepada Antara, Sabtu (25/2).

Menurut Ahda Sabila, penodongan terhadap warga asing juga sering terjadi. "Teman saya yang rumahnya berjarak tujuh kilometer dari kawasan Nasr City, tepatnya daerah Tajamuk, harus mengalami lima kali pemeriksaan di jalan," katanya.

Ahda menceritakan, beberapa temannya pernah menjadi korban penodongan dan perampasan. Ada yang dirampas kameranya. Bahkan ada yang ditodong dengan senjata tajam sambil ditanyai pro-Mubarak atau sebaliknya.

"Kamu pendukung Mubarak atau bukan? Jika tidak tahu apa-apa lebih baik kamu cepat-cepat keluar dari Mesir," kata Ahda menirukan cerita temannya, seperti yang tertulis dalam pesannya di situs jejaring sosial, Facebook.

Dia juga mengingatkan kepada warga asing--terlebih WNI yang berada di Mesir, untuk selalu membawa visa jika keluar rumah. "Akhir-akhir ini yang tidak mempunyai visa harap hati-hati dan disarankan untuk tidak keluar rumah daripada nanti diciduk oleh polisi, preman, atapun intel setempat," terang Ahda.

Para WNI dan warga asing lainnya yang masih bertahan di Mesir, tidak hanya khawatir dengan para demonstran, namun juga mewaspadai para perampok yang melihat kesempatan akibat banyaknya rumah kosong karena ditinggal oleh pemiliknya berdemo. "Kami menilai, keadaan di sini (Mesir) sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Keadaan kami semakin akut di sini," tutur mahasiswa S-1 Ilmu Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al Azhar itu.

Selain masalah keamanan, para WNI di Mesir masih dihadapkan pada krisis bahan makanan yang semakin menjadi. Stok yang makanan yang menipis dan harga yang semakin melambung telah membuat WNI yang mayoritas para mahasiswa ini semakin parah.

"Harga satu bungkus mi instan di Mesir saat ini sudah mencapai Rp 5.000 jika dikurskan dengan rupiah. Selain itu, kami juga kehabisan bahan bakar elpiji karena tidak ada yang menjual. Terpaksa kami harus mengungsi ke rumah teman yang stok bahan bakarnya masih bisa dibuat untuk memasak," katanya.

Hal yang sama juga dikhawatirkan oleh Yovi Saddan, mahasiswa Universitas Al Azhar asal Kota Madiun, Jawa Timur, lainnya. Pihaknya berharap agar Pemerintah Indonesia lebih serius lagi dalam menangani evakuasi WNI yang masih bertahan di Mesir.

"Sebagian besar WNI di sini kehabisan uang. Bantuan logistik dari KBRI belum kami terima. Beberapa teman perempuan kami yang belum mendapat giliran evakuasi dan tinggal di asrama pun tidak mendapatkan stok makanan yang biasa disiapkan oleh pegawai asrama," kata dia dalam pesan Facebook.(ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini