Sukses

Fakta-Fakta Sosok Panglima TNI dari Masa ke Masa

Jika dalam fit and proper test Hadi Tjahjanto lolos. Dia akan menjadi Panglima TNI meneruskan kiprah dari pendahulunya. Siapa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyodorkan satu nama calon Panglima TNI kepada DPR, terkait pergantian Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan memasuki masa pensiun. Nama tersebut adalah Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat ini menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).

Surat Presiden mengenai pemberhentian Gatot Nurmantyo dan pengangkatan KSAU Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI itu akan dibacakan pada rapat paripurna hari ini.

Setelah adanya pembacaan surat itu, Komisi I DPR akan segera melakukan fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) kepada calon yang telah ditunjuk.

"Saya sebagai Ketua Komisi I DPR menunggu proses di pimpinan DPR dan Badan Musyawarah, apakah surat segera diproses sehingga sebelum masa reses ini kita sudah bisa melakukan fit and proper test (uji kepatutan dan kelayakan), sebagaimana tugas Komisi I DPR," ujar Kharis, Senin (4/12/2017).

Jika dalam fit and proper test Hadi Tjahjanto lolos, mantan Kadispen AU itu dipastikan akan menduduki posisi tertinggi dalam dunia militer. Dia akan menjadi panglima TNI yang ke-20 sejak negeri ini berdiri.

Lantas siapa saja sosok-sosok yang pernah menduduki posisi Panglima TNI? Berikut fakta-fakta di balik nama-nama panglima TNI dari masa ke masa:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Oerip Sumohardjo

Sebagian orang mungkin mengenal Letjen Oerip Sumohardjo sebagai nama jalan di kota-kota besar. Namun, ternyata sosok pria yang bernama asli Muhammad Sidik ini pernah menduduki jabatan strategis dalam TNI, yaitu Kepala Staf MBT (Markas Besar TNI).

Jabatan itu dipegang Oerip dari 5 Oktober 1945 hingga November 1948. Dia menjadi salah satu orang kepercayaan Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Oerip mengabdi sebagai prajurit TNI AD, yang kala itu bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR), sejak 1914. Kala itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Pengabdian Oerip dibuktikan dalam operasi Revolusi Nasional Indonesia yang membawa harum namanya di kalangan TNI.

2. Panglima Besar Jenderal Sudirman

Nama Jenderal Sudirman sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia. Beliau adalah Panglima Besar TNI yang kala itu bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Tak hanya ada di Jakarta, patung Jenderal Sudirman juga berdiri kokoh di Jepang, negara yang pernah menjajah Indonesia. Kecerdasan dan karisma pria kelahiran 24 Januari 1916 itu diakui dan ditakuti oleh lawan. Terutama dalam menyusun strategi perang dan senjata utamanya, gerilya.

Sosoknya sangat religius. Pada saat sakit, perwira dari TNI AD ini tidak pernah meninggalkan ibadah serta tetap mampu memimpin tentara untuk menjaga kedaulatan NKRI. Sudirman menjadi salah satu dari tiga nama yang menyandang gelar Panglima Besar TNI karena jasa-jasanya.

3. TB Simatupang

TB Simatupang lahir di Sidikalang, Sumatera Utara. Pria kelahiran 28 Januari 1920 itu merupakan seorang Kristen yang taat dan cerdas serta tangguh.

Presiden Sukarno menunjuk dia setelah Jenderal Sudirman wafat pada 29 Januari 1950. Dia menjabat dari 29 Januari 1950 hingga 4 November 1953 sebagai Kepala Staf Angkatan Perang. TB Simatupang juga merupakan teman sekelas Jenderal Abdul Harris Nasution dan menjadi siswa pintar serta berani, bahkan terhadap gurunya (seorang Belanda) yang pernah meremehkan kemampuan bangsa Indonesia.

Simatupang yang berasal dari TNI AD meninggal di Jakarta pada 1 Januari 1990 dalam usia 69 tahun. Namanya pun diabadikan menjadi nama jalan di daerah Jakarta Selatan.

 

3 dari 7 halaman

4. AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution menjadi salah satu Panglima Besar di Indonesia. Nasution yang berasal dari TNI AD ini lahir pada 3 Desember 1918.

Pada era mempertahankan kemerdekaan, Nasution pernah menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Jenderal Soedirman. Ini lantaran kecerdasan dan kemampuannya dalam menganalisis pergerakan musuh serta keberaniannya dalam berperang.

Dia juga menjadi target pembunuhan pada gerakan 30 September. Namun, ia selamat setelah melompat pagar rumahnya untuk melarikan diri. Jenderal AH Nasution berperan penting dalam Revolusi Nasional Indonesia dan pernah menjabat sebagai Panglima Divisi Siliwangi. Beliau meninggal di Jakarta pada 6 September 2000 dalam usia 81 tahun.

5. Soeharto

Selain sebagai presiden, Jenderal Soeharto juga pernah menjadi panglima TNI. Karier militer dilaluinya sejak penjajahan hingga merdeka. Berkat jasanya itu, pria kelahiran Kemusuk, Bantul, Yogyakarta ini mendapat gelar Jenderal Besar TNI.

Pria yang dijuluki Smiling General (Jenderal Tersenyum) ini mendapat mandat langsung dari Presiden Sukarno untuk membereskan gerakan 30 September 1965. Dengan strategi jitu, Jenderal dari TNI AD ini mampu merampungkan tugas tersebut dalam waktu 24 jam.

6. Maraden Pangabean

Maraden Pangabean lahir di Tarutung, Sumatera Utara, pada 29 Juni 1922. Jabatan Panglima TNI dipegang dari 1973 hingga 1978 pada era Soeharto.

Selain aktif di TNI AD, ia juga menjadi aktivis Partai Golkar dan beragam organisasi sosial. Keaktifan sosialnya dibuktikan saat terjadi bencana alam di Tarutung. Jasa-jasa Maraden terhadap negeri ini membuat dia dikenang rakyat Indonesia.

7. Muhammad Yusuf

Jabatan Panglima TNI dipegang Yusuf berlangsung selama lima tahun, yakni sejak April 1978 hingga Maret 1983. Selain itu, jabatan lain yang pernah diembannya adalah Menteri Pertahanan menggantikan Jenderal Maraden Panggabean.

Sosok yang bernama asli Andi Muhammad Jusuf Amir merupakan keturunan bangsawan Bugis. Pria yang berkarier di TNI AD ini lahir pada 23 Juni 1928 di Bone, Sulawesi Selatan.

 

4 dari 7 halaman

8. LB Moerdani

LB Moerdani menjabat Panglima TNI pada 1983 hingga 1988. Pria kelahiran Blora, 2 Oktober 1932 itu dikenal sebagai sosok yang membereskan tragedi pembajakan pesawat garuda Indonesia di Bangkok, Thailand.

Benny Moerdani dikenal sebagai perwira TNI AD yang banyak berkecimpung di dunia intelijen, sehingga sosoknya banyak dianggap misterius.

Ia lahir dari ibu yang keturunan Jerman. Sementara ayahnya dari Jawa. Ibunya beragama sementara ayahnya seorng Muslim. Namun begitu, Moerdani tidak dipaksakan untuk memeluk agama sang ayah. Dia lebih memilih menjadi seorang katolik yang taat.

9. Tri Sutrisno

Selain pernah menjabat sebagai Panglima TNI, Jenderal Tri Sutrisno juga pernah menduduki kursi RI 2. Jenderal TNI AD ini memulai kariernya pada 1953 dan pensiun pada 1993.

Pengalaman militer pertama Try Sutrisno adalah pada tahun 1957, ketika ia berperang melawan Pemberontakan PRRI. Pemberontakan PRRI adalah kelompok separatis di Sumatera yang ingin membentuk pemerintahan alternatif selain Presiden Soekarno. Try Sutrisno menyelesaikan pendidikan militernya pada tahun 1959, ketika ia lulus dari ATEKAD.

Pengalaman awal Try Sutrisno di ABRI termasuk menjalankan tugas di Sumatera, Jakarta, dan Jawa Timur. Pada tahun 1972, Try dikirim ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto. Soeharto mulai menyukai Try dan sejak saat itu, karier militer Try meroket.

10. Edi Sudrajat

Perwira dari Jambi ini pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan menggantikan LB Moerdani. Edi merupakan lulusan akademi militer nasional dan menjadi salah-satu perwira yang disegani pada saat ia menjabat.

Jenderal Edi Sudrajat pernah memimpin Pangdam Siliwangi dan menjadi KSAD sebelum pada akhirnya beliau menjabat sebagai Panglima TNI. Pria yang lahir pada tanggal 22 April 1938 ini merupakan seorang muslim yang menikah dengan sesama perwira. Istrinya adalah seorang kapten bernama Lulu Lugiyati.

5 dari 7 halaman

11. Faisal Tanjung

Sejumlah jabatan penting pernah dipegang oleh Jenderal Faisal Tanjung. Selain Panglima TNI, juga pernah menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Republik Indonesia ke-5.

Jabatan Panglima TNI itu dipegang mulai 21 Mei 1998 hingga 26 Oktober 1999. Saat itu Indonesia dipimpin Presiden Baharuddin Jusuf Habibie.

Faisal Tanjung menduduki posisi tersebut menggantikan Jenderal Wiranto. Faisal yang Lahir di Tarutung, Tapanuli Utara itu meninggal pada 18 Februari 2013 dalam usia 73 tahun.

12. Wiranto

Wiranto menduduki Panglima ABRI (TNI) pada 16 Februari 1998 hingga 26 Oktober 1999 pada masa Presiden BJ Habibie.

Selain pernah menjabat Panglima TNI, Wiranto juga sempat memegang posisi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik pada pemerintahan Presiden Jokowi.

Saat ini, pria yang meniti karier di TNI AD juga pernah menjadi Ketua Umum Partai Hanura.

13. Widodo Adi Sucipto

Laksamana Widodo Adi Sucipto menjadi Panglima TNI pada era Presiden SBY. Jabatan itu dipegang dari 26 Oktober 1999 hingga 7 Juni 2002.

Sebelum menjabat Panglima TNI, pria yang meniti karier di TNI AL ini pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Posisi Menko Polhukam itu dijabat pada 21 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2009.

Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut. Pria kelahiran pada 1 Agustus 1944 ini kini berumur 72 tahun dan telah pensiun dari karirnya di dunia militer sejak 2002.

 

6 dari 7 halaman

14. Endriarto Sutarto

Jenderal Endriarto Sutarto menjabat sebagai Panglima TNI sejak 7 Juni 2002 sampai 13 Februari 2006. Posisi itu dipegang pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Jabatan lainnya yang pernah dipegang Endriarto adalah sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ke-22 dari 9 Oktober 2000 hingga 4 Juni 2002.

15. Djoko Suyanto

Sosok Djoko Suyanto menjadi satu-satunya tentara dari TNI AU yang pernah menjabat Panglima TNI. Jabatan itu diembannya sejak 13 Februari 2006 hingga 28 Desember 2007.

Jabatan Panglima TNI itu dipegang saat pemerintahan SBY. Sebelum menjadi Panglima TNI, Jenderal Djoko juga pernah menjadi sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Amanah itu dipegang sejak 22 Oktober 2009 sampai 20 Oktober 2014.

16. Djoko Santoso

Jenderal Djoko Santoso menjadi panglima TNI yang menjabat sejak 28 Desember 2007 hingga 28 September 2010. Jabatan itu diterima pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Nama Djoko Santoso mulai berkibar setelah menjabat Panglima Kodam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil gemilang meredam konflik di Maluku, diteruskan dengan jabatan berikutnya sebagai Panglima Kodam Jaya Maret 2003 – Oktober 2003.

Setelah itu karier seorang Djoko Santoso terus melejit hingga menjadi Wakil Kepala Staf TNI-AD (Wakasad) tahun 2003, Kepala Staf TNI-AD (Kasad) pada tahun 2005, dan akhirnya Panglima TNI pada tahun 2007-2010.

17. Agus Suhartono

Panglima TNI kembali dipegang dari matra TNI AL setelah presiden SBY menunjuk Laksamana Agus Suhartono. Jabatan Panglima itu diemban dengan masa jabatan 27 September 2010 hingga 4 September 2013.

Ia pernah menjabat sebagai Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim dan Asisten Operasi KSAL. Sebelum diangkat menjadi KSAL, ia menjabat sebagai Irjen Departemen Pertahanan.

Laksamana Agus diajukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon tunggal Panglima TNI. Pada 27 September 2010, ia lolos uji kelayakan oleh DPR dan diangkat menjadi Panglima TNI.

 

7 dari 7 halaman

18. Moeldoko

Ia menjabat sebagai Panglima TNI sejak 30 Agustus 2013 hingga 8 Juli 2015. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak 20 Mei 2013 hingga 30 Agustus 2013.

Sidang Paripurna DPR-RI pada tanggal 27 Agustus 2013 menyetujui jenderal asal Kediri tersebut sebagai Panglima TNI baru pengganti Laksamana Agus Suhartono. Ia adalah KSAD terpendek dalam sejarah militer di Indonesia seiring pengangkatan dirinya sebagai panglima.

Moeldoko merupakan alumnus Akabri tahun 1981 dengan predikat terbaik dan berhak meraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa. Selama karier militernya, Moeldoko juga banyak memperoleh tanda jasa yaitu Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satya Lencana Dharma Santala, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan XIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Wira Dharma, dan Satya Widya Sista.

Operasi militer yang pernah diikuti antara lain Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Selandia Baru (1983 dan 1987), Singapura dan Jepang (1991), Irak-Kuwait (1992), Amerika Serikat, dan Kanada.

19. Gatot Nurmantyo

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo adalah Panglima TNI yang resmi menjabat sejak 8 Juli 2015. Sebelumnya, Gatot merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat yang mulai menjabat sejak tanggal 25 Juli 2014 usai ditunjuk Presiden SBY menggantikan Jenderal TNI Budiman.

Ia sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Pangkostrad menggantikan Letjen TNI Muhammad Munir. Pada Juni 2015, ia diajukan Presiden Jokowi sebagai calon Panglima TNI, menggantikan Jenderal Moeldoko yang tengah masuk waktu purna baktinya.

Gatot Nurmantyo merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1982 yang berpengalaman di kecabangan infanteri baret hijau Kostrad. Gatot pernah menjadi Komandan Kodiklat TNI-AD, Pangdam V/Brawijaya dan Gubernur Akmil. Selain itu, Gatot juga adalah Ketua Umum PB FORKI periode 2014-2018.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.